Oleh: Triayu Rahmadiah
Beribu pasang mata tertuju padaku saat aku keluar dari pintu utama ruang ganti.
Fantastic final. Untuk kesekian kalinya timku mencicipi kursi panas ini, dengan lawan yang sama. Musuh bebuyutan tim basket sekolah kami. Sudah dua tahun terkahir ini piala kebesaran di renggut mereka. Hari ini piala itu akan ada di tanganku, di sekolahku.
“ Gilaa rame banget”, Tika tak khayal kagum melihat suasana GOR yang dipadati penonton.
Badanku tiba-tiba gemetar.” Yah aku gak boleh gugup. It’s time to show baby”, teriakku dalam hati.
Pemanasan dimulai dengan berlari-lari kecil mengelilingi lapangan dan dilanjutkan dengan lay-up dan shot. Jantungku semakin berdebar kencang saat bel tanda waktu pemanasan usai.
Wasit menyilahkan para pemain untuk mengambil posisi masing-masing. “Relaks. Relaks. Kamu bisa Ayuuu ..”.
Jump ball. Sayang center kami tak sanggup menjangkau lemparan ke atas itu. Lawan menguasai bola. Ku dengar teriakan teman-temanku namun ku coba fokuskan pada game kali ini.
Traapp. Bola yang dipegang playmaker lawan berhasil ku steal. Entah seberapa cepat ku berlari, sampai rasanya badan ini melayang sampai akhirnya bola itu ku lay-up dengan sempurna. Jurus three-pointku juga menimbulkan decak kagum siapa pun yang melihat saat itu.
“ Yeahh, nice !”, pelatihku bersorak sambil mengepalkan tainju kelangit.
Salah seorang temanku menepuk pundakku, “ Lakukan itu lagi Yu. Kita yakin dengan shot mautmu itu”.
Aku tersenyum melihat mereka.
GOR ini sudah mulai diselimuti atmosfer panas. Tim lawan mulai mencari cara untuk menumbangkanku karena mereka pikir akulah juru kunci game saat itu. Padahal kalo tanpa teman-temanku aku tak akan bisa juga mencetak angka segemilang itu.
Score sementara 17-17, sedangkan waktu tinggal 1 menit lagi. Bola berada di tim lawan. Sang lawan pun mencoba mengulur-ulur waktu. Aku benci situasi ini. Ku lihat score-board menunjukkan 20 detik lagi. Ku ambil bola yang sedari tadi di drible dan NICE LAY-UP !
PRIITTT ..PRIITTT ….
Penonton bersorak girang,namun ada yang memasang tampang marah karena tim sekolahnya kalah.
Tak pernah terfikir dalam benakku mengangkat piala pemain terbaik. Sejak saat itu semua mengelu-elukanku. Semua orang di kotaku mengenal siapa aku. Sampai-sampai kata ibuku anak kecil teman sekantornya saja tahu denganku, katanya “ oh kak Ayu yang pemain basket itu yaa. Siapa sih yang gak kenal orang sehebat itu”.
Aku hanya tersenyum mendengar ibuku bercerita. Yeahh, jadi terkenal itu adalah impianku, sampai-sampai banyak sms yang masuk dari adik-adik kelasku bahkan mungkin aku tak mengenal siapa pengirimnya ke handphone bututku yang isinya mereka ingin dilatih olehku atau sekedar mereka ingin menjadikan mereka sebagai adik angkatku *kata mereka sih supaya kecipratan terkenalnya. Hehehe :p
Tak kusangka sekarang orang-orang memandangku setingkat diatas mereka.Ku biarkan ketenaran itu menyelimutiku, namun terlalu sulit. Sedikit saja performku tak menarik itu sama saja aku membunuh pendukungku. Bola itu bulat, gak selamanya aku bisa menunjukkan aksi terbaik, namun slalu ku coba itu semua hanya untuk kalian. *tengkyuuu so much buat pelatih-pelatihku. Tanpa kalian aku bukan apa-apa. Aku hanyalah batu cincin yang jika tak kalian gosok tak mungkin bersinar seperti sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!