Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 16 Februari 2011

Lebih Kejam daripada Pembunuhan


Oleh: Nadya Nabila | @winterfireworks


“Dosa besar tau gak, Sha. DOSA BESAAARRR!”

Niesha sampai harus menjauhkan telinganya dari speaker ponselnya yang menyemburkan suara orang setengah berteriak di seberang sana. “Nyantai kali, mas.” Ia memutar matanya, berusaha maklum dengan tingkah lawan bicaranya yang ya-ampun-lebay-banget-deh.

"Gak bisa, Sha. Ini masalah serius. Dua rius, malah. Dia udah berbuat dosa yang berat banget ke gue, Sha." Kadar ke-lebay-annya tidak berkurang sama sekali. Volume suara bernada rendah di seberang sana masih saja terlalu keras bagi telinganya. Ia berjengit, mendecak kesal sambil berkacak pinggang (hanya sebelah tangan karena tangan yang satunya sedang memegang ponsel) walaupun ia sendiri tahu orang di seberang sana tidak bakalan bisa melihat posenya yang sangar. Mondar – mandir ia berjalan di teras depan rumahnya, bolak – balik dari ujung ke ujung mirip setrikaan. “Selow aja sih. Coba sekarang tenang. Ceritain sama gue pelan – pelan, emangnya ada apa sih?” Niesha berusaha sabar, menjaga nada suaranya agar tetap netral dan tidak terbawa suasana genting yang diisyaratkan lawan bicaranya.

“GUE DIFITNAH, SHA. DIFITNAH!”

“APAAA?!”

Tambahkan efek suara ‘jengjeng’ ala sinetron disini. Plus zoom in ke ekspresi wajah Niesha.

Bumi gonjang – ganjing.

Mata gadis itu membelalak. Wajahnya bergerak maju, lebih mendekat ke arah ponselnya, setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Siapa yang berani fitnah elu? Kok berani sih? Badan lu kan tinggi gede sangar gitu, Ga.” Oh, tidak, ini tidak terjadi. Bumi sudah terguncang ekosistemnya. Keseimbangan di bumi ini terancam lenyap!

Dan apa hubungannya ekosistem bumi dengan semua ini pun sebenarnya ia tak tahu. Skip, abaikan.

Pemfitnahan. Oh, semua orang tahu, memfitnah merupakan suatu dosa besar yang tidak bisa dimaafkan. Mencoreng nama baik seseorang dengan sebuah kebohongan besar, kerusakan citra diri seseorang adalah salah satu akibatnya yang termasuk fatal. Begitu juga dengan kehilangan muka di depan gebetan, gelak tawa mengejek dan bisik – bisik mengganggu yang mengiringi langkah. Dosa besar, memfitnah itu. Kata orang, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Dan jauh lebih tidak bermanfaat daripada fitness. Sumpeh dah.

“Hih. Lu kira gue gorilla—tinggi gede sangar.” Niesha terkikik pelan. Oh, yesh, ia bisa membayangkan seorang Arga yang bertubuh tinggi-besar-sangar mengerucutkan bibirnya. Manyun pangkat tak terhingga. Hih. Dikiranya dia imut apa kalau manyun begitu?!

“Iye, iye. Jadinya dia bikin dosa apaan sih ke elu? Dosa besar apaan? Fitnah apaan?”

“Fitnah yang sangat kejam, Sha. Ini bener – bener gak bisa ditolerir!” Arga berapi – api seperti membacakan orasi setelah makan sambal terasi. Untuk kedua kalinya dalam tempo tidak sampai dua menit, Niesha memutar bola matanya.

Sabar. Orang sabar pantatnya lebar

Eh.

“Iye. Apaan fitnahnya?”

“Masa gue dibilang masih suka dikelonin nyokap sih?! Itu kan FITNAH! Fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan!!!”

...Krik.

“Keterlaluan banget kan, Sha! Gue gak habis pikir kenapa—lho, Sha? Kok lu diem sih, Sha? Halo? Keputus ya, Sha? Halo?!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!