Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 24 Februari 2011

Être-pour-soi

Oleh: Ellena Ekarahendy (@yellohelle)
the-possibellety.blogspot.com




Aku adalah kemenangan, yang berjalan dalam ke-ada-an bagi diriku sendiri. Saksikan aku, dalam kewibawaan, berlenggak sebagai juara. Perhatikan lekat-lekat, kuat yang dulu hanya sekedar hias verbal, kini aku buktikan dalam empiris mereka yang tidak akan terlupakan.



Dengan diam-diam aku menggerakkan kaki-kaki dalam terminalnya yang terduga. Pun aku sendiri terkejut, karena setelah sekian lama dia terbiasa mematri “kebebasan” dengan menjadikan aku sebagai materi tipuannya, akhirnya aku mampu melahirkan kebebasanku sendiri. Dapat kujalari kerning-kerning yang menyempit dalam hening, sebentar-sebentar mengaduh satu dan yang lainnya ketika ia memaksa kita bergesekan.



Aku bisa saja rindu pada masa-masa lalu, ketika aku dan dia adalah satu. Atau pada momen-momen ketika yang lainnya memandang aku dan dia adalah kesempurnaan yang terpadu. Siapa yang tak lemah pada puji dan elu-elu?

Namun aku tidak peduli.



Mungkin memang akan ada puji-pujian manis atas aku dan dia yang akan aku inginkan untuk kembali nikmati, namun apalah artinya? Sudah kandas cinta di penghujung paragraf, habis tepat setelah tanda titik. Cintaku yang habis, dan enggan aku isi kembali. Pun aku tak peduli, jika hatinya mati meraung-raung menyadari aku yang hanya meninggalkan jejak hanya di dalam pikirannya. Aku akan pergi, karena cinta sudah pergi.

Aku ingin menikmati eksistensiku sendiri.

Pada kesetiaan, benci aku hidupi.



Katanya hidup adalah pilihan? Aku telah membuat satu untukku sendiri, dalam kebebasanku yang akhirnya mampu kumaknai. Opsi yang sudah bukan sekedar bentukan dari proyeksi pikirannya. Sampai kapan kamu mau menatapi eksistensimu sendiri habis dalam otonomi diktaktor yang tak menyisakanmu ruang untuk membangun ke-apa-an dan ke-siapa-anmu sendiri? Telah kuputuskan untuk kutinggalkan.






Banyak kudengar kisah dari mereka –serupa aku, pergi meninggalkan dan melambai pada punggung kekasih mereka yang terdahulu. Kepengecutan. Aku akan pergi sambil melambai pada wajahnya, yang kuyakin akan berakhir momok kelemahan yang memalukan, namun kutepis sebagai seorang pemenang. Ketika hampir jauh aku hanya akan terbahak-bahak, lalu menguasai hati lainnya yang sama lemahnya. Mungkin ia akan melihat aku berbaring dalam kepasrahan untuk mecintai pribadi yang lain sekenanya, tapi aku akan semakin kuat terbahak, menyaksikan hatinya yang pilu. Oh, kebebasan, padamu aku menguatkan kaki-kakiku untuk berlalu.

Kelaki-lakiannya harus tahan uji, bukan?

Seperti keberadaanku, yang telah berhasil tahan uji, dalam genggamannya.



Aku sudah berjalan jauh, juga lelah menyisakan pikul-pikul cerita masa lalu untuk memaksa ia menangis pelan-pelan. Ada letupan-letupan kepanikan dan kekecewaan di atas kepalanya. Kutangkap juga kemarahan, melayang beriringan dengan pikiran yang gagal disajikan.



Kudengar ia berteriak-teriak seperti kesetanan, mengguncang bahu kawan di sebelahnya, menunjuk-nunjuk aku yang berjalan penuh kesombongan, meninggalkan kertas putih yang pernah kita ukir bersama.

“ASTAGA! Gila! Gila! Kau lihat deretan alphabet ini?! Bagaimana mungkin mereka berjalan meninggalkan kertasku?! Naskahku kosong empat halaman! Bagaimana bisa huruf-huruf yang mati itu lari dari kertas ini? Sialan! Apa aku terlalu lelah bekerja?! Hey! Tolong aku! Huruf-huruf ini pergi kabur mengkhianati aku!”



Aku menggiring kawan-kawan, a, b, c, d, e, yang berjalan mengikutiku dari belakang, meninggalkan tumpukan naskah si penulis.

Kami berjalan dalam kebebasan kami, bagi diri kami sendiri.

Mungkin setelah ini kamu harus memperhatikan kertas putih di hadapanmu ini. Siapa tahu, kawanku juga hilang cintanya, dan ingin pergi hinggap ke penulis lain untuk sekedar mengingatkan bagaimana kami telah berhasil menghidupi proyeksi dalam kepalamu. Tentu saja, kami senang mengkhianati.

1 komentar:

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!