Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Senin, 21 Februari 2011

Memeluk Dunia Maya


Oleh: @rofianisa
Blabbermouthdisease.tumblr.com


Jangan sentuh aku! Aku telah kotor sejak lama. Sentuhanmu hanya akan membawamu ikut bersamaku ke alam neraka. Jangan sentuh aku, aku berbahaya....

*

Ada seorang wanita yang menarik perhatianku sejak pertama kali bekerja sambilan sebagai asisten lab di kampus ini. Namanya Maya, ia supervisorku. Wajahnya tirus, dilihat dari dekat ia manis juga. Tapi yang lebih membuat mataku selalu tertarik adalah magnet yang ia hadirkan dari auranya yang misterius. Sendu. Kelam. Seperti tak bernafsu menikmati hidup. Seperti ingin kabur dari kejamnya dunia.

Dan sejak kami saling bertukar alamat instant messenger, kami menjadi akrab. Aku mulai menyelami diriku ke dalam dunianya, di dunia maya.

Reza: Aku ingin mengenalmu lebih dekat
Maya: Bukankah yang seperti ini sudah dekat
Reza: Tapi ini kan hanya sebatas chatting. Aku mau kita akrab juga di dunia nyata. Aku mau... peluk kamu.
Maya: Kamu ingin ‘mengakrabkan diri’ dengan bosmu? Bilang apa nanti kawan-kawanmu. Begini saja sampai tiba saatnya. :)

Begitu selama tiga bulan berlalu. Akrab dalam percakapan dunia maya, mendengarkan ceritanya tentang dunianya. Dunia Maya. haha, lucu ya? Aku mendengar kisahnya, ia mendengar kisahku, dan kami sama-sama menuangkan keluh kesah hati kita, tanpa seseorang di dunia nyata pun tahu.

Dan asal kalian tahu, dunianya gelap sekali. Seakan derita tidak henti-hentinya mendera hidupnya. Dan setiap aku mendengar keluhnya, ingin sekali rasanya pergi ke tempatnya, memeluknya, menghangatkan dunianya yang seakan kelabu, dingin.

Maka suatu hari ketika jamuan makan malam bersama teman-teman di laboratorium, hasratku tak terbendung lagi. Ingin rasanya mengungkapkan seluruh isi hati, memintanya menjadi pasanganku, dan memeluk tubuhnya lebur jiwa ini ke dalam dunianya. Aku sudah siap menyerahkan diriku pada pesonanya di dunia nyata.

Aku mengikutinya ketika ia izin ke toilet, menunggunya sampai ia keluar. Ia tampak kaget, melihatku bersandar di dinding seberang pintu.

“Reza?”

“Aku sayang kamu, Maya.”

Tanpa babibu aku memeluknya. Berharap jiwanya menyatu bersama jiwaku dalam hasrat peluk yang menggebu-gebu.

Dan ya, jiwaku melebur. Pandanganku gelap. Hal terakhir yang kuingat adalah matanya yang abu-abu dan tawanya yang melengking ganjil. Juga kata-katanya tempo hari yang kukira bercanda.

“Aku ini lahir di neraka. Siapapun yang menyentuhku akan masuk ke dalamnya...”

*

Sudah ku bilang, jangan sentuh. Apalagi peluk. Kamu, sih, nggak percaya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!