Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 20 Februari 2011

You Are Yourself

Oleh: Erika Paramitha (@erikaparamitha)‏

Giselle memelototi temannya yang baru saja datang ke rumahnya untuk bereksperimen. Dan, siapa sangka kalau Velma telah bereksperimen dengan dirinya sendiri dirumahnya.
Giselle menggaruk kepalanya yang tidak gatal setelah habis dari keterkejutannya. Oke banget deh emang temennya yang satu ini. Udah gak becus, gak bisa, tapi ngotot. Keras kepala banget emang. Ya udah begini deh jadinya. Lenong nyasar.
Rambutnya yang acak-acakan dibuatnya menjadi keriting—Giselle menebak kalau ia melakukannya selama tiga jam, eye shadow nya berwarna hitam, eye liner nya juga berwarna hitam. Blush on nya yang berwarna merah muda terlihat menyeramkan, bukannya jadi manis atau bagaimana. Bajunya? Ih mendingan tutup mata aja deh.
Dress berwarna kuning terang itu dipadukan dengan heels lima senti berwarna biru tua. Belt berwarna hitam yang seharusnya menjadikan dress kuning itu bagus dan lucu malah membuatnya tambah terlihat menyeramkan dengan paduan make-up yang amburadul. Tidak lupa tas butut kesayangannya yang berwarna coklat tua. Ampun deh ah.
Setelah melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki dandanan sahabat jangkungnya yang “wah” itu, ia langsung buru-buru menariknya masuk ke dalam kamarnya yang berada pada lantai dua. Beruntung, orang tuanya sedang pergi dan pembantunya sedang memasak di dapur hingga tidak ada yang melihat lenong nyasar yang satu ini.
“Lo kemari pake apa?” tanya Giselle yang masih takjub dengan dandanan sahabatnya setelah mereka berada di kamar Giselle.
“Biasa, sama Radon gue yang tercinta,” jawabnya tenang, seakan-akan eksperimennya itu benar.
Giselle mengangguk-angguk sambil menarik napas lega. Radon adalah nama dari mobil butut Velma keluaran tahun 1990 yang amat sangat disayanginya.
“Emang kenapa?” tanya Velma polos.
Giselle membalas pertanyaan bodoh itu dengan mengernyit, lalu menggiring Velma ke depan kaca kamarnya yang lumayan besar itu.
“Liat penampilan lo lah. Dan lo masih tanya kenapa?”
“Oh! Iya! Cakep kan gue? Ahh gila deh gue emang hebat banget Gis. Bisa dandan sendiri. Sama persis sama majalah fashion yang kemarin gua beli!” jawab Velma dengan mata berbinar-binar seraya meraih tas nya yang diletakkannya di lantai kamar Giselle untuk mengambil majalah yang dimaksud.
Giselle menatap bengong pada model perempuan yang manis dan cantik mengenakan make up yang mirip dengan Velma kenakan—ya, tentu hanya mirip, karena make up Velma amat sangat menyeramkan. Lalu dengan semangat Velma membalik halaman yang telah dibatasinya. Disodorkannya majalah itu pada Giselle dengan tatapan penuh harap.
“Sama kan???”
Hening.
Velma membalik halamannya lagi, dan lagi, sambil terus berkata, “Sama kayak gue juga kan!”
Masih hening.
“Giselleeee!!!”
Giselle dengan segera meraih majalah itu dari tangan Velma lalu menutupnya, kemudian ia menghembuskan napas keras-keras, dan matanya beralih ke arah sahabatnya itu, seakan-akan ia manusia paling bodoh di dunia.
“Ya ya ya. Itu sama. Make up nya sama kayak yang di halaman lo pertama kali kasih unjuk ke gue. Baju nya mirip sama yang ada di majalah itu yang entah ada di halaman berapa tadi. Dan sepatunya, ya, sama juga. Tapi bukan pasangan baju itu.”
“Iyaaaaaaaaaaaaa. Terus?”
“Vel, lo tuh ya badan sama muka cakep bak model doang tapi otak lo kadang-kadang gak dipake deh. Masa sih lo sebodoh itu?”
Velma memiringkan kepalanya ke kanan, menatap sahabatnya dengan pandangan tidak mengerti.
Sekali lagi, Giselle menghembuskan napas keras-keras. Namun ia tidak mau mengomel ataupun mengkritik sahabatnya yang buta mode dan buta segala-galanya ini karena ia tahu, percuma kalau diomeli karena toh dia gak bakal ngerti. Jadi dia akan menjelaskannya dengan bahasa yang sehaluuuuuus mungkin.
Sebelum itu, ia bertanya dulu pada Velma, “Tujuan lo kemari awalnya buat apa?”
“Di eksperimen-in sama elo.”
“Kenapa lo dandan sendiri dirumah kayak begitu?”
Sambil nyengir ia menjawab, “Gue kan mau buktiin ke elo kalo gue juga bisa kok bereksperimen sendiri. Jadi pas gue dateng, elo tinggal kasih gue komentar aja gitu Gis.”
Jawaban yang manis.
“Lo mau tahu sesuatu?”
“Apa?” tanyanya polos. Oh, betapa Giselle membenci pandangan polos itu.
“Menjadi seorang yang fashionable itu gak perlu ngebuang-buang duit cuma untuk beli baju dan asesoris sama make up yang kaya lo pakai sekarang.”
“Kok lo bisa tahu gue mau jadi fashionable?” Lagi-lagi, ia bertanya dengan polosnya.
“Iyalah. Apalagi emang? Gini ya, gue tahu banget Vel elo mau ikutin tren dan fashion jaman sekarang. Tapi seenggaknya lo gak usah beli baju yang sama persis kayak yang di majalah, yang harganya mahal gitu. Trus lo juga gak perlu buang-buang uang lagi buat beli sepatu yang sama—yang amat sangat gak cocok dengan baju kuning ngejreng yang lo pake. Dan belt itu, ih mending lu copot aja deh. Malah serem gue liatnya,” jelas Giselle panjang lebar. Harapannya hanya satu, Velma mengerti.
Semoga dikabulkan.
Velma menunduk, lalu meraih rambut yang dapat digapainya—yang keriting gak karuan—untuk dililit-lilitkan dengan jari lentiknya. Ah, dan Giselle juga sebal dengan jarinya yang lentik itu.
“Gue cuma mau jadi kayak elo, Gis. Elo tuh tenar, eksis, dikenal sama orang banyak. Lah gue? Ah dilirik juga enggak. Paling mereka-mereka yang ngelirik gue cuma bilang gue tinggi banget ya, trus ya udah. Gak kaya elo, dibilang manis lah, cantik lah, imut lah, atau apalagi deh tuh,” kata Velma mulai membuka dirinya.
Giselle tidak tahu kalau selama ini seorang Velma iri padanya. Wow.
“Vel, plis deh ada juga gue kali yang iri sama lo. Badan tinggi, langsing pula. Pinter juga. Selama ini elo udah cantik luar-dalem Vel. Lo gak perlu ubah diri lo sedemikian rupa ampe kaya gini. Lo mau berubah oke, itu gue pahami. Tapi ga sedrastis ini. Elo sekarang bener-bener keliatan kacau banget, tahu. Apa lo gak tau kalo selama ini justru gue yang iri sama elo?”
Velma mengangkat kepalanya lalu menatap sahabatnya dengan mata dibulatkan. Jujur, ia sedikit terkejut mendengar pengakuan sahabat manis di depannya ini. Selama tiga tahun berteman, ia sangka hanya dirinya saja yang merasa iri pada sahabatnya yang eksis ini.
Giselle tersenyum samar saat melihat reaksi Velma. Ah, apa dia benar tidak tahu kalau cowok-cowok selalu membicarakannya? batin Giselle.
Ia bangkit, mengambil sisir, make-up remover, dan alat catok rambut yang berada di atas meja riasnya, lalu berjongkok di belakang Velma yang sedang duduk bersila di atas lantai kamarnya, dan mulai merapikan rambut Velma dengan menyisirnya pelan-pelan, berharap keritingnya lama-lama menghilang.
“Mungkin mengikuti fashion itu baik dan bisa buat kita diterima di dalam pergaulan mana pun. Tapi fashion yang dimaksud disini bukannya barang-barang branded atau sesuatu yang mahal dan “wah”. Tapi fashion yang dimaksud adalah fashionable dari dalam dari lo. Yah, dari luar juga sih. Baju, tas, sepatu, celana, jins, dress, dan yang lainnya. Yang perlu lo lakuin itu gampang kok.”
Velma buru-buru menegakkan tubuhnya, lalu menyingkirkan helaian rambut yang menutupi telinganya, siap mendengarkan celotehan sahabatnya yang menurutnya kunci dari segalanya.
“Singkirin tuh majalah fashion yang kayak lo bawa. Terlalu high class tau gak. Dan kadang, isinya juga ngaco sampe-sampe buat sahabat gue yang bego ini terjerumus. Lo bisa pilah-pilih baju lo yang ada di lemari buat mix and match. Gabung ini sama ini lah atau apapun itu. Gak mesti baru. Gak mesti mahal. Dan gak mesti branded. Yang penting, lo ngerasa nyaman dan lo ngerasa kalo make tu baju bener-bener yourself banget. Gue suka diri lo apa adanya sebagai sahabat terbaik gue Vel. Gue suka ngeliat elo yang sederhana tapi anggun. Udahlah buang jauh-jauh aja tuh majalah. Gak usah ikutin hal yang aneh-aneh deh.”
Velma tersenyum sambil sesekali mengaduh kesakitan karena Giselle menyisiri rambutnya terlalu keras. Diam-diam dia menjadi lega karena apa yang dikatakan Giselle memang benar. Kalau dipikir-pikir, fashion kan gak ada abisnya. Mau ikutin trend sampe kapanpun gak bakal selesai, walau sampe kita jadi nenek-nenek. Pakai apapun yang membuat diri nyaman. Pakai apapun yang membuat kamu benar-benar merasa kalau itu kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!