Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Senin, 21 Februari 2011

Orang Kepercayaan

Oleh Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi

“Kali ini apa?”
“Bangkai tikus,” jawab Ji Young, manajerku, sambil mengerenyitkan hidungnya.
Perlahan bau menyengat dari bangkai itu mulai menyebar ke seluruh penjuru ruangan ber-AC tempat penata rias mendandaniku. Sedikit berlari Ji Young membawa keluar paket yang tadinya disangka kiriman dari para fans itu.
Aku menghela nafas, ini sudah kesekian kalinya aku mendapat teror dari para antifans. Memang wajar ada orang yang menyukai selebriti, juga wajar ada yang membenci selebriti, namun untuk satu bulan terakhir ini angka teror yang kualami meningkat pesat. Dari dua kali konser, dua kali pula aku dilempari benda keras dari lautan penonton; lightstick dan kayu umbul-umbul. Belum lagi para penguntit yang membahayakan nyawaku, meracuni makanan dan hampir menabrakku di parkiran, paket teror pun setiap hari kuterima.
Sebenarnya aku tahu penyebab meningkatnya angka antifans-ku, yaitu karena aku memacari seorang selebriti yang digilai banyak wanita, Kim Kyu Jong. Tapi aku tak ingin menyalahkannya, apalagi ketenarannya, orang yang sangat kucintai sejak tiga tahun lalu.
Hubungan yang telah kami sembunyikan dengan rapi selama bertahun-tahun tidak sengaja terbongkar olehku pada fanmeeting bulan lalu. Beritapun menyebar luas melalui seluruh media informasi, cetak maupun elektronik. Tak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki semua kekacauan yang terjadi. Kami semakin disorot dan tak punya lagi tempat bersembunyi. Sungguh, kecerobohan yang fatal.
“Ara, sebentar lagi giliranmu,” Ji Young menyadarkanku dari lamunan.
Kali ini aku tampil sebagai salah satu pengisi acara Music Bank. Aku harus mengesampingkan perasaan galau dan takut untuk tampil sempurna malam ini. Lagi-lagi kutarik nafas panjang dan kuhembuskan perlahan, kemudian aku beranjak dari meja rias menuju backstage.

***

Aku sudah kembali ke ruang rias. Penonton masih terdengar heboh bersorak. Bukan karena penampilanku yang fantastis, tapi karena terjadi hal yang sangat memalukan! Hak sepatuku patah pada pertengahan lagu. Badanku berdebam di atas pentas. Namun untuk menjaga profesionalitas, tetap kulanjutkan penampilanku sambil menahan rasa sakit.
Di depan meja rias aku terdiam. Tim acara sibuk memastikan keadaanku, apakah aku cidera atau tidak.
“Aku baik-baik saja. Nanti jika ada keluhan, Ji Young akan menghubingi kalian,” kataku mengusir mereka secara halus. Yang aku inginkan saat ini adalah menyendiri. Keramaian mereka malah memperburuk perasaanku.
Setelah tim pergi, tinggal aku berdua dengan Ji Young. Dia mengambilkan air dan menyodorkan sebutir pil kepadaku.
“Hancur sudah karirku,” aku mulai terisak.
“Tenang, Ara. Aku tahu kamu bisa bertahan,” Ji Young duduk di sampingku.
Kuputar kursiku menghadapnya. “Tapi ini sudah parah. Pasti semua media akan memberitakan kejadian barusan,” aku mengurut kepalaku yang mulai pusing tidak karuan. Ini tidak seperti biasanya. Aku sudah kenal efek obat penenang yang kukonsumsi selama satu bulan terakhir, namun kali ini berbeda.
“Ji Young, apa kau memberikan obat yang benar? Mengapa kepalaku malah bertambah pusing?”
“Ya, aku memberikan obat yang benar, kok.” Ji Young berusaha meyakinkanku, lalu melanjutkan “Obat yang benar untuk membunuhmu, sama seperti obat yang membunuh tikus tadi.”
“Ji Young... Kamu... Aku percaya padamu...” perutku mual, bumi terasa berputar dalam kecepatan tinggi.
“Ya, kamu boleh mempercayaiku, tapi asal kamu tahu, aku lelah selama ini menangani dan melindungimu. Setiap hari menjadi korban paket busuk yang ditujukan kepadamu. Sebelum aku depresi dan menjadi gila, harus kuakhiri semuanya. Ah, kini aku bisa tenang. Kau pun mingkin bisa lebih tenang di alam sana.” Ji Young tersenyum, yang kulihat semakin memudar. Dan gelap...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!