Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Selasa, 22 Februari 2011

Aku Tidak Buta!

Oleh: Linawati Martana
@Lina_Martana


Sepasang hadiah terindah dari Tuhan yang pernah kuterima. Kujaga dengan baik, kurawat sebaik mungkin. Dengannya, aku bisa merasakan semua tekstur, mulai dari benda yang kasar, halus, lembut, berbulu, bergerigi, tajam, maupun tumpul. Hingga kutemukan satu fungsinya yang sangat mendamaikan hatiku.

Menulis.

Ya, aku selalu merasa damai setelah selesai menuangkan semua perasaanku dalam sebuah buku bercorak pohon, dengan setiap lembaran kertasnya yang kecoklatan. Tekstur kertasnya yang tebal membuatku semakin bersemangat ketika menulis, karena aku tahu bahwa tinta penaku tidak akan menembus dan merusak lembaran lain.

Hari demi hari. Lembar demi lembar. Pena demi pena berganti menemani hari-hariku. Waktu berjalan, tahun demi tahun kulalui. Sudah belasan buku kumiliki, dengan goresan tanganku di dalamnya. Berisikan begitu banyak cerita. Kisah bahagia ketika pertama kali mendapat kue tart dari tetangga baru yang cantik dan baik hati. Kisah sedih ketika menyaksikan kucing yang tertabrak mobil dan akhirnya mati berlumuran darah di tengah jalan dengan isi perutnya yang keluar membuncah.

Seiring bertambah usiaku, kisah yang kutorehkan dengan penaku pun ikut berubah. Kisah bahagia ketika kencan pertama berjalan dengan sangat baik bersama kapten sepakbola sekolahku. Hingga kisah sedih ketika patah hati untuk pertama kalinya. Semua perasaan dan emosi yang bisa seorang manusia rasakan selalu tertumpah dalam lembaran-lembaran kertas.

Kini, bau pengap menyergap hidungku. Serpihan kertas berjatuhan ke atas rok panjangku. Aku berusaha membuka helai demi helai catatan harianku. Dengan sangat keras aku berusaha membacanya sambil menguatkan otot mataku. Hanya huruf-huruf yang berlarian lalu lalang ke dalam retina mataku.

Tidak, aku tidak mengalami gangguan penglihatan. Aku terus berusaha keras sebelum mereka datang dan merampas harta milikku yang paling berharga ini. Ah, terlambat! Mereka datang. Selalu lengkap berpakaian putih dan memiliki bau obat yang sangat menusuk hidung, aku tidak suka ini. Mereka akan merampasnya!

Tolong aku! Hanya ini milikku! Hanya ini semua yang membuatku ingat bahwa aku masih hidup.

“Nek, tolong jangan memaksakan diri, bertingkah seperti ini hanya akan memperburuk keadaan..” aku mendengus kesal. Mereka merampas hartaku. Semua buku harianku. Hidupku.

Dari kejauhan, telingaku masih bisa mendengar sayup-sayup percakapan dua orang remaja yang baru datang, mungkin hendak mengunjungi sanak saudaranya.

“Ada apa dengan nenek di pojok jendela sana? Apa dia buta?”

Aku kembali mendengus. Dasar anak muda, hanya itukah isi kepala kalian ketika melihat seorang tua teronggok lemah? Sudah kukatakan berkali-kali, aku tidak buta. Aku tidak buta!

“Hmm, setahuku, dia tidak buta. Dia penderita Parkinson akut.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!