Oleh: Mirah Trisnaadi
Akhir tahun 2005 kami mulai pacaran. Bulan Februari tahun berikutnya
aku mulai mengenal yang namanya hari kasih sayang, yaitu hari
valentine bersama pacar. Teman-teman menyarankan aku untuk menyiapkan
kejutan untuk pacarku.
"Kamu kasi kejutan aja buat dia, Mir", kata Feby, sahabatku.
"Kamu kan ga suka dandan, coba deh kamu kasi dia kejutan, pake rok
gitu sekali-sekali. Rambutmu digerai aja, jangan diiket terus kayak
gitu. Trus kamu pake bando, pake high heels juga yaa, biar lebih
feminiiiiim gitu", oceh si Feby.
Aku berpikir, dari mana aku dapatkan rok, bando, dan high heels itu?
Pertama, aku menyiapkan brownies cokelat bertuliskan happy valentine
(kalau tidak salah ingat).
Kedua, aku mulai hunting pakaian.
Bando dan rok aku dapatkan dari adik sepupuku. Bandonya berbahan
plastik berwarna putih polos. Aku pilih itu karena hanya itu yang
paling simple. Sebenarnya kepalaku agak sakit jika memakai bando itu.
Tapi, demi 'tampil beda' di hari kasih sayang, ya sudahlah. Aku akan
gunakan bando itu, plus rambutku digerai. Walau aku tau aku akan
kepanasan dengan rambut digerai.
Rok. Rok adikku sangat panjang. Yang kainnya tipis itu, bentuknya agak
bertingkat. Tapi jika ingin dipakai berlari masih bisa lah.
Baju. Aku pakai baju kaos berkerah warna hitam yang sering aku pakai
untuk kuliah. Masih lumayan bagus dan tentu saja, simple.
Sandal. Temanku menyarankan untuk memakai high heels. Aku bongkar
lemariku. Aku temukan high heels warna gold yang dulu dihadiahkan oleh
kakak iparku, dulu.
Tibalah hari valentine. Aku bertemu pacarku dengan style yang telah
aku rencanakan dengan matang. Kami makan brownies yang aku hadiahkan.
Kemudian kami pergi makan.
Kami pergi naik motor. Aku yang memakai rok panjang dan high heels
harus berboncengan menghadap ke samping. Bando harus kulepas agar
tidak sakit saat memakai helm.
Sesampainya di KFC, kami harus mengantri saat ingin memesan. Kakiku
yang tidak terbiasa dengan sandal 'tinggik' ini sudah mulai berkeluh
kesah. Goyang sana sini, kaki mulai basah karena berkeringat. Aku
meminta pada pacarku untuk melepas sandal, tapi dia tidak mengijinkan
dengan alasan tidak enak dilihat orang. Terpaksa aku bertahan dalam
antrian panjang dengan keadaan kaki merengek-rengek minta
diselamatkan.
Kami makan, dengan perasaanku yang agak tidak nyaman pada keadaanku
namun masih aku sembunyikan dari pacarku. Sepulangnya dari makan, aku
mengambil tindakan tegas.
Aku berboncengan seperti biasa, berselangkang, berboncengan biasa
dengan rok yang panjang dan lebar itu aku lipat agar bisa duduk biasa,
bando kulepas, higheels aku gantung di tanganku saat memeluknya di
jalan. Sungguh lega. Aku merasa sangat santai. Pacarku hanya tertawa.
Dalam perjalanan, "Sayank, maaf ya aku bikin malu di jalan".
"Gak apa-apa Sayank. Sebenernya, Sayank make apa aja cantik kok. Ga
perlu fashionable kayak gini juga gak apa-apa. Lebih baik pake apa
yang bikin Sayank nyaman, daripada ribet", ah kata-kata pacarku itu
sangat menenangkan.
Valentine 2006 itu benar-benar menjadi kejutan. Intinya, aku ga perlu
memakai pakaian yang aneh-aneh jika aku memang tidak suka dan tidak
nyaman. Be myself. Sampai saat ini, aku biasa memakai celana panjang,
kaos, sepatu atau sandal jepit saja jika pergi nge-date sama pacar.
Yang penting dalam nge-date kan bukan penampilan, tapi kebersamaannya.
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Hahaha.. coba aja aku ketemu cewe lugu kaya mogek ini di jaman sekarang.. :D
BalasHapus