Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 20 Februari 2011

Opera Kekinian

Oleh: Andi Gunawan (@ndigun)
http://ndigun.wordpress.com

Aktualisasi diri dari sudut pandang muda-mudi masa kini sudah menjadi lebih dari sekadar ajang pembuktian eksistensi. Selain telah mempolakan gaya hidup, juga telah menjadi ajang pura-pura demi mencapai kata sandang sempurna. Sebagai remaja awal dua puluhan, saya dibuat bingung dengan mereka yang seusia dengan saya. Terlalu banyak bentuk yang sama. Terlalu banyak kotak yang satu sama lainnya saling injak.

Banyak yang bilang remaja sekarang kurang kreatifitas, tapi, menurut laporan pandangan saya, mereka justru terlalu kreatif. Dua tangan melakukan banyak hal dan auranya amat sumringah saat mereka dilabeli multitasking person. Hal ini bisa jadi akibat terlalu banyak referensi untuk menjadi obsesif impulsif. Terlalu mau tahu. Terlalu mengekor pada peradaban. Terlalu haus sebuah pengakuan kehandalan. Terlalu memaksakan keterbatasan. Usaha adalah hal lain yang terbatas.

Belum lagi soal kemasan. Orang-orang sangat berusaha memaksimalkan penampilan. Mereka sebut penyesuaian zaman. Apa yang dikenakan banyak orang adalah takaran. Sementara, mereka yang tak terbungkus dengan cara yang sama mendapat pengucilan. Alay, katanya. Secara tidak langsung, mereka membuat sekat di antara sesamanya. Berpenampilan menarik memang masih menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam pencarian kerja. Sayangnya, hal ini berubah jadi menu utama. Mengesampingkan hal lain yang lebih mendasar, kemampuan.

Menjadi pengikut tren yang sedang berkembang tidaklah haram, tapi haruskah menjadi sama seperti orang lain? Atau berpura-pura menjadi orang lain? Bukankah seharusnya tiap kepala memiliki kapasitas dan karakter berbeda dengan lainnya sekalipun kembar identik? Kadang, seseorang memang lebih baik dari yang lain, tapi bukan berarti sempurna.

Satu orang memotret dengan lensa terkini, mengarahkan film indie imajinasi, menulis bergulung-gulung fiksi, menggowes sepeda saat orang-orang berjamaah menanggalkan kendaraan bermesin, menjadi pahlawan hijau saat bumi terlanjur menguning, saling adu-penampilan dan selusin aktifitas kekinian lainnya. Apa yang sebenarnya sedang ia lakukan? Semua hal dilakukan seperti tuntutan lakon pada opera sabun yang menanti tepuk tangan. Parahnya, tak jarang peran yang dilakoninya berimprovisasi dalam adegan saling merendahkan sesama pemeran. Menganggap dirinya paling juara sementara yang lain hanya aktor kacangan. Ia tak sadar bahwa perannya sama dengan banyak orang; sekadar tiruan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!