Oleh: @adelliarosa
"Apa yang harus kulakukan?" tanyaku, memandangi pria di depanku. Pria separuh baya itu menyeringai, tangannya sibuk menjarah apa yang ada di balik kaos warna gading yang kukenakan. "Lakukan saja yang terbaik" bisiknya. Nafasnya yang memburu terasa membakar telingaku. Aku menyingkirkan bibirnya yang sibuk menjarah leherku, "Tanda tangani dulu.." Bisikku pada telinganya. Selembar cek.
"Gadis kampung" Bibir bergincu itu menghinaku saat aku pertama kali melangkahkan kakiku di dunia gemerlap yang aku impikan. Wanita itu senior. Pimpinan dari agensi model kelas dunia. Aku melirik bayanganku sekilas. Rambut ekor kuda dengan sepatu butut, celana jeans pendek dan kaos oblong warna putih. Sungguh kontras dengan penampilan wanita bergincu yang baru saja menghinaku itu. Ia mengenakan gaun hitam selutut tanpa lengan, dengan rambut hitamnya yang mengkilat serupa sutera. Sepasang sepatu hak tinggi warna merah menyala menghiasi kakinya yang jenjang. Inilah figur model yang sesungguhnya. Tatapannya jelas, seolah meneriakkan celaan "Lihatlah penampilanmu! Kau masih ingin jadi model?"
Aku meninggalkan ruangan itu dengan air mata yang nyaris menenggelamkan mataku sendiri.
"Naikkan sedikit rokmu.." Pinta bos Cina itu padaku. Aku mengangguk, sesekali tersenyum menggoda padanya. Kulepaskan perlahan sepasang manolo mahal yang kukenakan saat aku mendekatinya, kemudian mulai menari diatas tubuhnya. Kubiarkan tubuhnya yang berbau seperti babi busuk menjamah setiap inci kulitku.
Aku memejamkan mata, mendesah membayangkan rupiah yang akan mengalir deras ke pundi-pundi tabunganku. Bayangan sederet pakaian, tas-tas serta sepatu-sepatu bermerk internasional menari-nari di kepalaku. Aku bahkan sudah lupa, babi busuk itu sedang melumat dadaku.
"Aku bayar semuanya.." Ujarku, mengulum senyum puas saat benda-benda yang kuinginkan itu berada di hadapanku. Manolo cantik berwarna hitam, one-shoulder dress biru gelap, serta sebuah tas bermonogram merk terkenal sudah siap kubawa pulang. Aku kembali tersenyum. Wahai wanita bergincu, kau akan kembali menjilat ludahmu karena menghinaku waktu itu.
Aku melihat bayanganku di balik cermin etalase. Sempurna. Jeans hitam ketat yang kukenakan tampak serasi dengan tank top putihku. Selembar syal keluaran desainer kenamaan meliliti leherku. Aku mendapatkannya saat mengencani pasangan homo desainer itu. Tiba-tiba mataku tertumbuk pada wanita bergincu merah yang waktu itu menghinaku. Wanita itu sedang memilih sepasang sepatu boots terbaru. "Anne" ujarku ringan sambil mengulurkan tangan. Wanita itu terperangah, mengenali wajahku yang dulu dipanggilnya gadis kampung. "Selamat datang di dunia modeling, Anne.." Ujarnya mantap, menjabat tanganku. Aku mengangguk, tersenyum puas. Tidak sia-sia kugadaikan tiap inci tubuhku, demi penampilan baruku. Demi karirku. Demi mimpiku.
Mata wanita itu masih melekat pada tanganku yang menjinjing beberapa paperbag dengan merk-merk terkenal diatasnya. Tatapan itu nyata, setengah kagum setengah tidak percaya. Mata itu tak henti-hentinya melihatku. Dari kepala sampai kaki, kemudian mengangguk puas. Handphoneku bergetar, seorang pria entah siapa sedang menungguku.
Menunggu tubuhku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!