Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 16 Februari 2011

Ovie

Oleh: Ninda Syahfi
@nindasyahfi

“Kita putus!”
Hening.

“Bosan. Lalu harus bagaimana? Setidaknya ia jujur padaku.”
“Masih banyak kata lain yang bisa dijadikan alasan selain bosan, ovie.”
“Apa gunanya kita membahas ini? Sudah berlalu lama.”
“Maaf,” ujarnya dalam hati.

Ovie pergi meninggalkan Ima yang terdiam, merasa berdosa. Sudah lima tahun lamanya Ovie dan Abi menjalin kasih. Mereka tidak lagi bisa mempertahankan hubungan baik itu ketika Ima hadir di tengah mereka, berhasil menarik perhatian Abi, dan dengan munafiknya menyangkal semua. Ima bertindak seakan tidak berdosa atas hancurnya pertunangan Ovie dan Abi. Beruntung Ovie wanita baik, masih menganggap Ima sahabat, sahabat kecil.

“Abi harus diberi pelajaran, Vie.” ujar Arga.
“Apa gunanya? Toh aku senang melihatnya bersama Ima. Tidak sepenuh hati, memang.”

Abi mulai berpaling setelah mengetahui Ovie sakit, tidak bisa disembuhkan, yang ada hanya bertahan hidup. Ditambah dengan kehadiran Ima. Ovie yakin itu alasan Abi mundur dari semua ini. Bukan karena bosan. Bosan tidak ada setelah lima tahun. Terlalu basi.

“Temani aku makan malam di tempat biasa, bisa?” tanya Ovie.
“Bisa. Aku jemput jam 7 ya.” Arga mengiyakan.

“Terima kasih untuk malam ini ya, Ga.”
“Sama-sama, Vie. Hubungi aku kapanpun kamu butuh.” Arga tersenyum.

“Besok aku mengisi acara kampus, bisa datang?” pinta Arga.
“Bisa. Aku datang sendiri saja. Bertemu di sana ya.” Ovie setuju.

Hari ini kasih sayang sedang dirayakan. Dekorasi panggung berwarna merah jambu. Romantis. Arga sudah ada di atasnya, membawakan lagu ‘sempurna’, akustik.
Lagu kedua Arga membawakan ‘thank you in advance’ dengan sukses. Tidak lama kemudian suasana berubah hening. Arga mengajak Ovie naik ke atas panggung, dan menyatakan cintanya pada Ovie, disaksikan banyak orang. Ovie terharu, ia menerima Arga menjadi bagian hidupnya saat ini. Mereka bahagia. Namun itu hanya berlangsung di atas panggung. Di dalam mobil perjalanan pulang, Ovie menangis, Arga menenangkan.

“Aku kecewa sama kamu, Ga. Abi lebih memilih Ima karena aku sakit, bukan bosan.”
Hening.

“Sekarang aku harus jalani semuanya sama kamu, orang yang aku sayang, aku tidak rela kamu ikut merasakan penderitaanku, Ga.” Ovie meluapkan isi hatinya.
“Aku tulus Vie. Aku mau jadi suamimu, mendampingi kamu sebisaku.”
“Aku sakit, Ga. Tidak lama lagi.”
“Aku tahu. Aku terima kamu apa adanya. Termasuk penyakitmu.”
“Bukan kasihan?”
“Bukan.”

Ovie lega. Pria yang ia sayangi sekarang, tulus menerimanya. Lain di dalam hati Arga; ia berbohong, hanya ingin menebus kesalahan kakaknya, Abi, yang telah tega meninggalkan Ovie. Arga merasa sangat berdosa, berpura-pura mencintai Ovie. Tapi ia melihat ada kebahagian di mata Ovie saat bersamanya, itu cukup. Dosanya terbayarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!