Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 20 Februari 2011

Bajuku, Pilihan Hatiku

Oleh: @yulialiman‏

Lahir sebagai putri kedua dalam keluarga, bukan pilihanku. Kakak tertua adalah seorang wanita, cantik, hidungnya mancung, bermata kecoklatan, mirip bule. Padahal ayah dan ibu kami orang Indonesia asli. Kakak sangat mirip ibu. Aku, kata orang lebih mirip ayah. Ayah dan ibu punya kepribadian berbeda, karena itu menjadi pasangan hidup yang langgeng sampai maut memisahkan mereka. Ayah pendiam dan sabar, ibu banyak bicara dan tidak sabaran. Kata orang,  pasangan hidup ibarat biji-biji puzzle, berbeda tapi bisa menjadi satu karena saling melengkapi.

     Aku dan kakakku tentu berbeda, dalam segala hal termasuk dalam memilih pakaian. Kakak sangat mengikuti trend mode, aku tidak.Waktu musim rok mini, tentu kakak memakainya dan cocok, karena kaki kakak langsing. Aku tidak suka sama sekali, rokku tidak pernah di atas lutut, selalu di bawah lutut, kuno banget! Ketika kulihat-lihat foto-foto bersama teman-teman, tampak jelas rokku satu-satunya yang panjang. Aku memang tidak mengikuti  trend mode tapi mengikuti kata hatiku. Aku selalu memilih pakaian yang terasa nyaman dipakai sampai sekarang. Rok mini buatku sangat merepotkan karena aku memiliki pingul besar dan kaki yang tidak langsing, aku gemuk!

     Pernah  seorang sepupuku memberi hadiah ulang tahunku,  rok yang dijahitnya sendiri dan mini, aduh! Warnanya orange, menyala! Aku lebih suka warna pastel, sebal juga lihat rok orange menyala itu. Tapi demi menyenangkan hati sepupuku, kupakai juga rok itu, tidak lebih dari 3 kali, kusimpan dalam lemari tak pernah kusentuh lagi.

     Bukan hanya masalah panjang rok yang mengikuti kata hatiku, juga model yang kupilih. Tidak pernah kupakai model dengan leher rendah, tidak  pernah berukuran sempit, tapi tetap cantik terlihat menurutku. Buktinya ada saja teman-teman yang meniru model baju yang kupakai, bangga juga. Aku suka menjahit sejak kecil, ayah yang mengajariku memakai mesin jahit ibu pertama kali dengan sabar. Waktu SMP aku kursus menjahit dan mulailah baju-bajuku kubuat sendiri menurut kata hatiku. 

     Sampai sekarang aku suka menjahit baju-bajuku sendiri juga teman- teman. Ada saja yang suka dengan baju-baju yang kupakai. Tidak mengikuti trend mode tapi membuat trend sendiri. Terima kasih, Tuhan. Aku bisa punya penghasilan sendiri dan menyukai pekerjaanku sebagai penjahit baju-baju cantik menurut kata hatiku. Bajuku, pilihan hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!