Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Senin, 28 Februari 2011

Aku ~ Melihatmu di Kala Senin

Oleh @adelliarosa


Hari itu bernama Senin. Saat aku pertama kali melihatnya, lebih tepatnya menatap punggungnya di sebuah bangku kayu. Punggung dari gadis bermata lentik dengan senyum yang rupawan. Di sebuah taman yang menghadap danau mungil berair tenang, serta kelopak-kelopak sakura yang bermekaran di sekelilingnya.

Senin berikutnya, aku masih memandangi punggung gadis itu. Ia sama sekali tidak bergeming, tersenyum dan mengatupkan matanya rapat-rapat. Seolah ingin menghisap keindahan yang ditangkap matanya hanya untuk dirinya. Aku masih menatap penuh harap. Ah! Aku tidak berani mendekatinya.

Senin berikutnya. Aku memberanikan diri duduk bersejajaran dengannya. Menghirup dalam-dalam wangi aromanya. Menatap lekat rambutnya yang keemasan tertiup angin yang membawa aroma sakura. Dia bercahaya, berpendar-pendar berkilauan di bibirnya. Aku menatapnya dalam diam. Menyesap dengan rakus keindahan yang terpampang di kedua bola mataku. Pengecut! Ejekku pada diriku sendiri saat membiarkan gadis itu berlalu, bahkan tanpa menyadari kehadiranku.

Entah sudah Senin yang keberapa. Aku masih saja terdiam menatapnya. Terbius keindahannya yang luar biasa. Matanya yang selalu terpejam saat menatap danau yang berkilauan tertimpa mentari, tiba-tiba membuka dengan cepatnya. Berpaling kearahku dengan sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Manis. Aku ingin menyesapnya sekali saja!

"Mau bermeditasi?" Tanyanya ringan. Aku mengangguk, seakan terhipnotis.
"Aku benci Senin." Tukasnya pendek. "Aku juga." Sambungku. "Aku suka danau ini." Balasnya lagi. "Aku juga." Sahutku kemudian. Ia tersenyum, merengkuh pelan tubuhku. "Kau seharusnya bersekolah bukan, mana ayah dan ibumu?" Tanyanya lembut. Aku mematung.

Aku lupa, dunia yang kutinggali tak pernah membuka matanya. Pun, wanita yang kucintai terkecoh kulit luarku. Aku, lelaki berusia 29 tahun, terjebak dalam tubuh bocah berusia 5 tahun. Tubuhku tak pernah berkembang seperti umurku. O wanita bermata lentik! Mengapa hari Senin menautkan hatiku padamu?

2 komentar:

  1. wah, sayang banget alasan di paragraf terakhir tentang si pria kurang begitu srek. :(

    BalasHapus
  2. setuju dengan komentar di atas :)
    ceritanya bagus loh idenya, mungkin lain kali bisa diperbaiki dan direvisi lagi? Karya yang berpotensi, sayang kalau disia-siakan :)

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!