Oleh: @anadudunk
http://bukunyasapi.blogspot.com
Aku sudah merasa siap, bahwa akhir yang selama ini aku takutkan akhirnya datang juga. Aku masih menunggu, membisu. Mungkin perempuan itu masih sibuk hingga belum juga datang dari waktu yang kudengar dijanjikannya akan menemuiku. Jujur saja, aku merasa sedikit gugup. Bagaimanapun juga, aku sudah hidup bersama perempuan itu lebih dari yang bisa orang lain ingat. Bisa dikatakan bahwa kami tak terpisahkan. Tentu saja perempuan itu sudah lupa, begitulah cara kerja waktu bukan? Paling tidak, selama bersamanya, aku sudah merasa senang. Dan serangan gugup tiba-tiba saja menerjang hebat waktu kulihat dia sudah muncul di ambang pintu. Aku tak sempat merapikan bajuku atau apa, tapi biarlah. Biar dia ingat bagaimana tampang asliku sebelum perpisahan yang mungkin akan berlangsung selamanya. Ah, aku tidak suka bersikap dramatis tapi entah kenapa ada sedikit air mata yang mencuri celah untuk keluar dari sudut kelopakku.
Perempuan itu mendekat dan duduk di tempat duduk biasa, tempat duduk favoritnya ketika masih bersamaku.
"Maaf", hanya itu yang perempuan berambut keriting sempurna itu bisa katakan. Tentu saja ia tak berani memandangku. Ia hanya sibuk seolah-olah ada yang lebih menarik di dinding-dinding kamar ini, padahal di sana sudah tak ada lagi foto-foto yang dulu dengan rajin ia tempelkan satu persatu .
Aku hanya diam, mulutku enggan membalas. Kalau memang dirinya memutuskan untuk pergi, itu semua adalah hak nya. Aku tak punya kuasa apapun untuk menahannya lebih dari satu menit walaupun aku sangat ingin. Dan memang benar, akhirnya perempuan berambut keriting sempurna yang telah hidup bersama denganku bertahun-tahun itu melangkah pergi, meninggalkan aku. Aku malu mengatakannya, tapi ketika perpisahan itu benar-benar datang, kok sepertinya semua jadi terasa tak nyata ya?. Aku tidak bisa menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mataku ini. Ah, cengengnya!
Seiring dengan terbukanya keran air mata ini, aliran deja vu sepertinya juga tak bisa terbendung. Kilasan masa lalu pun berhamburan cepat. Bagaimana dulu pertemuanku dengannya secara tak sengaja di sebuah toko kecil di ujung kota. Perempuan itu masih kecil, tapi aku bisa memastikan bahwa bahkan pada saat itu rambutnya sudah keriting sempurna!. Dia dengan malu-malu mendekatiku, hingga singkat cerita sejak saat itu aku resmi menjadi temannya. Kami berdua melewati masa-masa yang mungkin hanya bisa dijabarkan dalam novel atau film yang indah. Bagaimana dia setiap pulang sekolah selalu mengajakku bermain, atau bagaimana ia menangis di pundakku ketika dimarahi ibunya. Setiap detil tentangnya pun aku bisa menjelaskannya secara rinci. Ketika perempuan itu beranjak dewasa, kami masih saja menjadi sepasang sahabat tak terpisahkan. Kami berdua membagi rahasia-rahasia intim. AKu pikir, saat itu seharusnya aku sudah tahu bahwa statusku hanyalah seorang sahabat. Tak lebih, Seharusnya aku sudah sadar bahwa aku akan sampai di titik di mana perempuan itu akhirnya memutuskan untuk pergi, sehingga mungkin aku bisa mempersiapkan mental jauh lebih awal. Tapi penyesalan tinggal penyesalan, perempuan berambut keriting sempurna mungkin tak akan kembali lagi.
"Ocha!", kudengar suara ibu perempuan berambut keriting itu memanggil putrinya dari ruang depan.
"Kamu ngga bawa Lilian?", lanjut ibu si perempuan berambut keriting sambil melongok ke dalam kamar putrinya, dan mendapati aku masih berada di atas tempat tidur.
Dari kejauhan, aku dapat mendengar si perempuan berambut keriting sempuran itu menjawab, "Ngga ma, Ocha udah nikah. Masa mau main-main boneka lagi. Tolong ya Ma, sumbangin aja si Lilian ke Rina si tetangga sebelah. Kalau dia tak mau, ya sudah dibuang saja", ujarnya sambil menutup pintu kamar pelan tanpa pernah melihat ke arahku lagi.
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
Jadi ingat Jessie n Emily di toy story 2. Sedih... :')
BalasHapus