Oleh: Riezky Oktorawaty
Twitter: @riezkylibra80
Ini disini, yang itu di sebelahnya, dan yang satu itu di sebelah sana. Trus, yang satu ini diletakkan di bagian yang mana?
Ribuan jemari itu perlahan-lahan mengumpulkan serpihan puzzle yang berserak tak bertuan. Hanya beberapa serpihan yang mampu terpasang, masih ada satu serpihan lagi. Mampukah mereka?
Enam bulan telah lewat, tak satupun ingatanku yang mengingatkan aku tentang lelaki yang ada di sampingku ini. Lelaki yang selalu setia menemaniku menjalani perawatan paska kecelakaan mobil.
Saat aku terbangun dari tidur panjangku, lelaki inilah yang berada di samping ranjangku. Katanya, aku sempat mengalami koma, dan aku pun mengalami amnesia. Katanya lagi, aku tak mengenalinya, hanya dia, tidak untuk Mama, Papa dan anggota keluargaku yang lain, aku mengenali mereka. Kenapa?
Suami? Katanya, dia adalah suamiku. Lalu kenapa tak ada secuil memoripun soal dia yang mampu aku ingat. Ataukah aku sengaja hendak menghapus kenangan itu?
Arggghhh…
Semakin ‘jemari-jemari’ itu bekerja di otakku, menyusun pelan kenanganku soal dia, semakin memanas isi otak ku. Aku tak sanggup!
Puzzle kenanganku terbengkalai hingga enam bulan ini, dan dia yang katanya suamiku tetap bersabar mendampingiku. Herannya aku pun tak mencoba bertanya kepada keluargaku, apakah benar lelaki yang selalu setia di sampingku ini adalah suamiku?
Titik-titik air di balik kaca jendela kamar rumah sakit ini membuatku termenung, hujan, argghhh… rasa itu muncul lagi. Ada apa dengan hujan? Adakah ini secuil dari puzzle kenanganku?
Lelaki di samping ranjangku ini tersenyum kepadaku, aku yang masih belum bisa meyakini dia adalah suamiku, tak pernah mengijinkan dia saat dia ingin mengecup keningku, sekedar untuk menenangkanku katanya. Dia mendekatiku, sambil menunjukkan album foto bersampul merah. Aku perhatikan judul album foto itu, Kenangan Terindah Adam dan Hawa. Hawa, itukah namaku, dan Adam, itukah nama dia?
20 September 2003, ada fotoku dan lelaki ini dengan pakaian pengantin. Mungkinkah ini foto penikahanku dengan lelaki ini? Namun kenapa aku tak mampu mengingatnya, bila ini adalah kenangan terindah.
23 September – 27 September 2003, bulan madu di Jogja, ini judul yang terpampang di atas foto-foto berlatarkan Malioboro Jogja. Aku pun masih tak mampu mengingatnya. Saat aku memegang kepalaku karena berasa sakit saat mencoba mengingat, dia langsung memelukku. “Sayang, jangan dipaksakan!” tak juga dia melepas pelukannya, dan aku pun merasakan kenyamanan dan kehangatan.
Tunggu!
Kenapa album ini terhenti di tahun 2007? Dan kenapa tak ada foto anak kecil di album ini? Lalu kemana foto-foto aku dan lelaki ini dari tahun 2008 hingga sekarang?
Aku mencoba menanyakan soal anak kepada lelaki ini, dan katanya, selama empat tahun pernikahan, kita belum dikarunia seorang anak pun. Lalu aku pun memberanikan diri lagi untuk bertanya, kemana foto-foto kita di medio tahun 2008 hingga 2010. Dia hanya terdiam, membisu. Aku semakin bingung. “Sudah sayang, saatnya kamu istirahat, tidur yah.” Kalimat ini sepertinya hanya dia pakai untuk mengelabuiku, agar aku tak banyak tanya lagi.
Aku pun tertidur.
Hujan begitu derasnya, aku berteduh di pelataran toko buku. Tau begitu tadi aku menunggu hujan reda di dalam saja ya, tapi tiba-tiba aku teringat, bahwa hari ini adalah ulang tahun suamiku, Adam. Aku mau menyiapkan makan malam spesial untuk dia. Buku resep ini pasti bisa mambantuku.
Aku berlari menyeberangi jalan raya, ah, mumpung sepi. Kenapa juga aku memarkir mobil ku di seberang sana. aku menoleh ke kiri sebelum sampai ke mobilku, karena aku melihat mobil berwarna merah yang aku kenal, Adam, itu Adam suamiku, lalu siapa wanita di sampingnya itu? Brakk!! Plat nomor mobil yang kukenal telah menabrakku, dan aku pun tak sadarkan diri.
Suara petir diluar membangunkanku dari tidur dan mimpiku. Nafasku tercekat, mimpi apa aku tadi. Lelaki ini, masih saja setia menemaniku di samping ranjang. Mimpi, ya, pasti ini hanya mimpi. Aku pun melanjutkan tidurku.
Suara kicauan burung begitu merdunya, hangat, aku merasakan kehangatan sinar matahari menembus kaca jendela kamar ini. Rupanya sudah pagi. Aku perlahan membuka kedua mataku, sampai aku mendengar suara-suara berbisik. Suara Mama, Papa dan Kinar adikku.
“Ma, Kinar udah ga sabar lagi, sudah saatnya kak Hawa mengetahui semuanya.
“Mama dan papa juga maunya gitu, Kin, tapi lihatlah kondisi kakakmu itu.
“Ma, pa, Kinar yakin, kakak hanya ingin melupakan satu kenangan, kenangan buruk bersama kak Adam, suaminya, buktinya, kak Hawa mengenali kita. Kakak pasti memaksakan memorinya untuk tidak mengingat kak Adam.”
“Apalagi hari itu, kakak tertabrak mobilnya kak Adam kan, Ma. Mobil yang kak Hawa lihat, ada kak Adam berselingkuh dengan wanita itu.”
Aku terdiam mendengar bisik-bisik mereka. Rupanya mereka belum menyadari bahwa aku sudah terbangun.
Ya, aku sudah mengingat semuanya, hari di mana aku menyiapkan kejutan untuk ulang tahun suamiku, adalah hari dimana aku memergoki suamiku Adam bersama wanita itu, dan hari di mana mobil merah Adam ternyata menabrakku saat aku menyeberang jalan. Wanita yang pernah aku lihat di Blackberry Adam. Percakapan mesra di antara mereka berdua, sedikit menggangguku. Namun aku adalah istrinya, aku menepis semuanya, karena aku mencintai Adam suamiku. Aku tak peduli bila dia berselingkuh, karena aku yakin, aku bisa mengembalikan kenangan-kenangan kita, dan dia kembali kepadaku.
Dua tahun album foto aku dan Adam suamiku tak terisi lagi. Aku tahu perselingkuhanmu. Tapi aku diam. Aku mencintaimu Adam, selalu.
Mulai detik ini, lengkapilah puzzle kenanganku yang telah hilang satu serpihannya karena kecelakaan itu, dengan kenangan baru kita. Aku dan kamu. Kenangan terindah Adam dan Hawa seperti judul album foto kita yang bersampul merah, warna kesukaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!