Twitter : @rateehhh
Email : ratih.jw@gmail.com
“Tetap tinggal dirumah. Jangan pergi. Aku mohon percayalah!” Sesaat kemudian yang terdengar adalah suara petir menggelegar usai suara seorang wanita, yang pada kali pertama ku dengar sanggup membuatku syok setengah mati. Ini kali ketujuh berturut-turut aku menerima pesan suara yang sama.
Awalnya aku begitu takut, tapi toh enam hari kebelakang, aku tetap baik-baik saja. Mungkin itu hanya kerjaan orang iseng yang ingin menakut-nakutiku, aku ingin semuanya cepat berlalu dan bisa membuktikan kalau itu hanya pesan suara biasa. Cukup sudah pesan suara itu mengganggu hidupku. Cukup sampai disini!
Ku lirik jam yang melingkar manis dipergelangan tanganku. Tiga puluh menit lagi pacarku datang menjemput. Aku sendiri sudah siap dengan longdress ungu selutut, yang konon katanya, perpaduan gaun ini beserta rambut lurus sebahu yang kubiarkan terurai sungguh membuatku terlihat lebih anggun.
Tak lama kemudian, bel berbunyi nyaring. Aku berlarian kecil menuju pintu depan setelah menyambar tas hitam kecil dan sepatu highheels ungu secepat yang aku bisa.
”Sudah siap sayang?” Sapa sosok tampan dihadapanku saat pintu terbuka.
”Tentu.” Jawabku seusai sebuah kecupan hangat mendarat didahiku.
Dia menggenggam tanganku erat, lalu dengan langkah riang kami berdua berjalan beriring menuju mobil.
Saat hendak menghidupkan mesin, ponselnya berdering. Ia merogoh kantung celananya.
“Ya…Oh, baiklah. Oke, tak apa!” Ia menerima telepon dengan ekspresi kecewa setelahnya.
”Ada apa sayang?” tanyaku khawatir.
“Restorannya yang aku pesan, mendadak diboking oleh pihak lain malam ini. Tak keberatan sayang kalau mesti ke tempat yang lain?”
Aku tersenyum dan mengangguk perlahan.
Pacarku mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Suasana begitu lenggang, padahal jam baru menunjukkan pukul tujuh malam. Sebentar lagi kami akan melewati sebuah persimpangan lampu merah. Dari jauh terlihat jelas, lampu hijau yang masih menyala, tapi hanya sisa sepuluh detik saja. Ia menambah kecepatannya
“Hei, tak perlu buru-buru, sayang!” Aku panik melihatnya. Karena posisi kami saat itu tak bisa juga dibilang dekat.
“Tak apa, lihatlah jalanan ini sepi. Aku pasti hati-hati.”
Ia benar, dijalanan hanya terlihat satu-dua mobil. Aku menoleh ke arah kanan. Oh, tidak ada mobil yang juga berkecepatan tinggi, tapi ya ampun lampu depan mobilnya tidak menyala.
”Sayang, awasssssssss.” Teriakku.
Ia kaget. Kaget mendengar teriakanku sekaligus kaget merasakan body depan mobil kami sudah tersenggol moncong depan mobil lain dari arah kanan. Sontak ia membanting setir ke arah kanan. Tapi malang sungguh tak dapat ditolak, ada truk dari arah kiri. Meskipun truk berhasil setelah sekuat tenaga mengerem. Tapi kecepatan kami terlalu tinggi, alhasil mobil kami berputar-putar di tabrak dari arah kiri dari mobil lain lalu kemudian menabrakkan diri ke badan truk.
”Brak....” Dentuman keras membahana ke setiap sudut. Dan aku ingat satu hal yang membuat darahku seperti mendidih. Aku lupa pakai sabuk pengaman! Sayup-sayup masih bisa ku dengar pacarku memanggil namaku berulang-ulang. Sampai akhirnya semua menjadi gelap.
****
”Farah...Farah...ayo bangun!”
Aku tersadar saat merasakan tubuhku diguncang-guncang.
“Kau menungguku sampai tertidur, sayang?”
Aku diam. Keringat mengalir deres di sekujur tubuhku. Nafasku tersengal. Apa tadi hanya mimpi? Tapi itu seperti nyata.
”Kau baik-baik saja?”
”Ya!” Aku berbohong. Ini sudah tak beres.
Kami berjalan bergandengan ke arah mobil. Sekuat tenaga ku tepis apa yang baru saja ku alami. Tak berapa lama ponsel pacarku berdering. Aku terlonjak.
”Ya…Oh, baiklah. Oke, tak apa!”
Tidak! Ini pasti hanya kebetulan.
”Farah?” Ia seperti merasakan kekalutanku.
Hening.
”Hmmm... maaf sepertinya kita harus makan di restoran lain. Tempat yang aku pesan mendadak di pesan oleh orang lain, tak apa kan?” Ujarnya kemudian
”Jalankan saja mobilnya.” Ketusku. Hati, fikiran dan logikaku sudah tak bisa diajak bedebat lagi dalam batin.
Ia menggangguk, berusaha memahami ketidakjujuranku.
Suasana jalanan sama seperti dimimpiku. Begitu sepi, sampai akhirnya kami hampir sampai disebuah persimpangan lampu merah. Lampu hijau. Sisa 10 detik hitungan mundur. Panik, aku menoleh ke arahnya. Ia benar-benar menambah kecepatannya.
”Bayuuuu stooopppp!!!!!! TURUNKAN AKU!!”
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!