Oleh: Andri Ferindra
Hari ini hari Kamis, pukul 3 sore hari di kota Kotabumi kabupaten Lampung Utara.Sebuah desa kecil di ujung utara provinsi Lampung. Dalam pemandangan salah satu sudut kota, sebuah deretan pertokoan berbaris di pinggir jalan utama beraspal yang menghubungkan antara tempat ini dengan jalan kabupaten. Setiap sudut mata memandang terlihat keramaian semu diantara keramaian orang khas pedesaan. Barisan toko berbaris rapi layaknya gerbong kereta api yang memanjang hingga hilang dikejauhan. Namun layaknya semut dengan gula, pertokoan itu tidaklah lagi tampak rapi seperti awalnya karena sekarang dihiasi oleh beberapa pedagang kaki lima yang dengan setia ikut berbaris di depan toko dan setia menunggu seorang pembeli.
Di tengah keramaian orang tersebut, berdirilah aku di pelataran salah satu pertokoan emas yang dimiliki oleh sepasang suami istri warga keturunan. Dengan setelan kemeja dan jeans biru, juga menggunakan sepatu kets converse putih aku berdiam di pelataran toko itu. Penampilanku memang hampir sama dengan ratusan orang yang juga berada di tempat yang sama sepertiku. Aku tidak tampak berbeda. Bagi mereka aku hanyalah seorang yang mungkin tidak akan berpengaruh di kehidupan mereka saat ini dan saat yang akan datang.
Hal yang berbeda memang sore ini di kotabumi. Sedari pagi matahari dikalahkan oleh tebalnya awan hitam pekat yang menyelimuti hampir keseluruhan kota ini. Dan sore ini hujan mengguyur kota kecil ini. Seakan awan hitam itu sudah tidak sanggup menahan kumpulan air dan kemudian menumpahkannya sebagai berkah bagi umat manusia. Memang pertengahan januari hujan biasa turun di sore hari.
Bukanlah hujan yang menjadi spesial di sore itu, tapi seseorang yang berdiri tepat di halte seberang emperan toko tempat ku berdiri sekarang ini. Seorang wanita yang bagiku begitu memesona, Entah kenapa dari beberapa wanita yang berkumpul untuk berteduh kala sore itu, wanita itu kelihatannya berbeda. Bukan masalah pakaian yang dikenakannya, cukup biasa bagiku, setelan baju kantor dan dandanan ala wanita karir belum cukup spesial dibanding wanita lain di halte yang sama. Yah...menurutku ada yang menggoda hariku dan tiba tiba saja membuatku kagum pada diri wanita itu. Suara rintik hujan yang semakin deras dan suara cipratan air yang timbul dari langkah langkah orang yang berjalan seakan menjadi simfoni alunan nada nan merdu ketika kembali kulihat wajah wanita itu. Mungkinkah ini hanya perasaan kagum ataukah ini yang disebut orang orang sebagai cinta pandangan pertama.
Entah tidak biasanya aku berharap hujan ini terus bertahan dalam waktu yang selama mungkin, dan tentu saja wanita itu akan terus bertahan di halte yang sama, tepat di depan pandanganku. Bahkan hujan kali ini aku tidak mengharap hujan ini berhenti dan mengeluarkan keindahan pelangi.
Langkah langkah kaki sekejap membuyarkan lamunanku, orang orang segera hendak pergi, hujan telah berhenti. Dan ini memang bukan mimpi di sore hari. Tapi kenyataannya wanita itu telah pergi. Perasaanku yang sesaat bergejolak pun telah terhenti. Seketika hujan itu berhenti dan diiringi munculnya pelangi yang bahkan tak kunanti di sore hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!