Oleh:
“ Ayuuu lempar bolanya kesini”, teriak seseorang dari tengah lapangan sambil melambai-lambaikan tangannya. Buru-buru ku ambil bola basket yang menggelinding di pinggir lapangan basket yang basah karena sempat diguyur hujan pagi tadi.
“ Tangkap yaa”, kataku sambil melayangkan bola ke tangan laki-laki itu. Laki-laki yang di lapangan itu adalah mantan pacarku. Namanya Ian.
Ian masih terus mendrible mengocek si bundar orange itu dan mencari cara untuk melewatiku. “ Aduh, kenapa aku deg-degan gini yaa”, bisikku dalam hati. Hanya dengan tiga langkah dia memasukkannya ke dalam ring. “ Kok mainnya gak semangat gitu, mana Ayu yang gue kenal. Tunjukkin aksimu sang kapten”, katanya memberi semangat.
Aku hanya tersenyum sambil menggerutu dalam hati, “ dasar bego ! kalo lawannya bukan lo, udah lama gue libas”. Aku mencoba memfokuskan diri. Ini hádala pertandingan antar kapten, Ian adalah kapten tim puta dan aku sendiri hádala kapten tim putri.
Jam istirahat yang seharusnya digunakan untuk istirahat karena setelah ini akan ada jadwal pengambilan nilai ujian akhir sekolah malah kami gunakan untuk man to man atau one on one. Lapangan basket yang semula sepi kini ramai , ada yang menonton dari dalam kelas , ada juga menonton dari gedung atas asrama. Pertandingan partai kapten vs kapten atau …*mantan vs mantan. Hahaha :D
Hujan yang tadi sempat hilang, kini kembali datang mencoba mendinginkan atmosfer yang terlanjur panas ini. Rintik-rintik hujan turun dengan malu- malu membuat suasana yang panas terasa sangat romantis.
“ Ini yang gue tunggu dari tadi. Nice game sayang”, katanya sambil menyeka keringat. Keringat yang meluncur indah dari pipinya terasa begitu sensasional. Ingin rasanya menyeka keringat itu *seperti dahulu saat bersama.
Menerobos pertahananmu lebih mudah daripada menerobos relung hatimu. Lapangan yang licin membuat aku dan dia terpeleset.
Dia berlari dengan cepat menerobos deffence-ku tapi karena lapangan terlalu licin dua tubuh ini saling bertabrakan. GUBRAKKK ! Bukannya meringis kesakitan eh kitanya malah tertawa terbahak-bahak. I like it ! Orang-orang yang sempat menyaksikan ikut-ikut menyoraki.
Tiba-tiba seorang gadis manis mendekati kami dengan tampang sedikit kesal melihat aksi seluncuran tai.
” Gak ada waktu lain apa main basketnya. Hujan-hujanan ntar kalo sakit gimana”, kata si cewek memarahi Ian. Aku berjalan mundur meninggalkan mereka.
***
Aku memasuki kelas dan mengambil pakaian ganti karena baju olahragaku basah sewaktu berseluncur ria bersama Ian.
” Ciyeee yang habis berduaan sama si mantan”, si Rina sedikit menekankan suara pada kata ’mantan’. ” Berduaan endasmu, wong kita cuma main basket doang”, kataku membela. ” Tapi main basketnya pake’ feeling kan?? , keliatan kok bukan bolanya yang kamu tatap tapi si Iannya”, si Putri ikut-ikutan ngeyel.
Aku berlalu meninggalkan mereka yang terus-terusan menggodaku. Yah, tak bisa dipungkiri aku sangat senaannngg ...bisa main basket (berduaan).
***
Selalu ada moment-moment yang terjadi disaat hujan. Mulai dari putusan, lathian drama bareng kamu hujan-hujan kayak film India sampai acara main basket yang gak disengaja hari ini. Hujan selalu jadi background-nya aku dan Ian. Hujan selalu mengingatkanku semua tentangmu. Karena hanya dengan hujan aku dapat hidup bersamamu, walau hanya dalam sebuah bingkai kenangan.
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
not bad....
BalasHapushujan memang indah..
grimis memang romantis...
seperti yang ku rasakan dengan setiap pria yg sedang dekat dengan ku..
hahahahhah