Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 04 Februari 2011

Raina

Oleh: Ninda Syahfi (@nindasyahfi)


5 huruf: H. U. J. A. N.

Bunda suka sekali hujan. Itu menjadi alasan beliau memberi nama Raina kepada adik cantikku. Dulu, selain boneka Susan dan guling dekil pemberian Opa, hujan juga menjadi teman baik Raina. Hujan adalah semangat, pikirnya. Dia akan teriak kegirangan jika langit mulai menumpahkan air berkah itu. Bersiap keluar rumah, bermandi hujan. Raina tak peduli setelahnya akan mendapatkan jeweran Bunda, dalam keadaan basah kuyup mengotori lantai bersih yang telah ku sapu, yang penting dia senang. Raina bahagia. Terima kasih hujan, kau telah membagi sedikit keceriaanmu padanya.

Tapi itu dulu. Sekitar 20 tahun yang lalu. Tepat dimana Raina berusia 5 tahun. Usia sangat kecil untuk menghadapi cobaan berat dari Tuhan. Untuknya dan keluarga kami. Dokter memvonis Raina mengidap kanker otak, memutus persahabatan Raina dengan hujan, menghapus semangat dan keceriaan..

Kanker otak. Belum. Saat itu belum sebahaya namanya. Masih bisa diobati. Raina masih punya kesempatan sembuh jika saja Bunda mengijinkan Ayah untuk menandatangi surat ijin operasi pertamanya. Bunda berlebihan sayang padanya, menurutku. Operasi itu batal. Bunda tidak rela salah satu dari anaknya, malaikat terkecil, harus berjuang melawan penyakitnya sendiri, di ruang operasi. Bunda takut Raina akan cacat. Bunda memilih jalan lain untuk kesembuhan Raina.

Raina menikah sebulan lalu. Bersyukur ada pria baik bersedia menikahinya. Tulus dan bijaksana. 20 tahun menjalani pengobatan alternatif tidak berpengaruh banyak pada diri Raina. Memang Raina bisa bertahan hidup lebih lama, tapi tidak ada jaminan sembuh dari siapapun. Hanya Tuhan. Seminggu lalu Raina menghubungiku; dia dan suaminya sepakat untuk melakukan operasi. Operasi kanker otak yang baginya tidak pernah mengenal kata terlambat. Kali ini Raina tidak harus meminta ijin Bunda karena ada suami yang sekarang bertanggung jawab atas dirinya.

Hari itu hujan sangat lebat. Raina memandangi jendela. Seakan terpancing untuk kembali menari bersama hujan, Raina mendekatiku.

“Aku ingin mandi hujan, Kak. Sekali ini saja..”
“Tapi itu akan membahayakan kepalamu.”
“Kakak tahu apa yang terbaik untukku sekarang.. Hujan baik padaku..”

Aku mengijinkan Raina bermandi hujan, untuk pertama kalinya, setelah 20 tahun silam. Kemarin Raina menjalani operasi. Operasi yang sebenarnya tidak akan berpengaruh banyak karena sudah empat tingkat terlewati. Kami sekeluarga pasrah.

Raina pergi. Ditemani hujan tadi pagi. Meninggalkan catatan..

“Aku adalah hujan. Aku dan dia adalah satu. Terima kasih menyatukan kami kemarin. Penderitaanku bukanlah kanker ini, tapi putusnya persahabatanku dengan hujan. Aku bahagia. Aku merasa sembuh. Aku tahu akan pergi. Aku yakin hujan akan menemani. Maaf dan terima kasih untuk semua. Aku akan selalu ada, sapalah aku setiap hujan turun..” Raina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!