by @riztarizta
Aku kesal. Kesaaal sekali. Seharian telepon genggamku mati. Aku lupa bawa charger. Semua urusan pekerjaanku rasanya berantakan. Jangan lupa, ini hari Senin. Oh bagus. Berarti urusan sampai seminggu ke depan bisa jadi berantakan.
“Pakai dua handphone, dong. Gimana sih, kaum professional kok kalah sama anak SMA.” Ledek kekasihku. Hmm, aku juga mulai berpikir untuk membeli telepon genggam baru. Atau, yah mestinya aku punya 2 baterai handphone.
“Santai aja. Provider udah antisipasi sama hal-hal nggak diduga seperti ini. Makanya ada em-a-i-el-be-o-eks.” Seru kekasihku lagi. Aku mengernyit. Apa maksudnya?
“Mailbox, sayaaang. Kalau rekan bisnis kamu butuh, dia pasti meninggalkan pesan di mailbox. Minimal, dia kirim sms supaya saat handphone kamu nyala, kamu tahu dia tadi berusaha menghubungi. Santai deh.” Jawabnya lagi. Ceria, seperti biasa.
Setiba dirumah kekasihku, aku mencharge sebentar telepon genggamku. Kekasihku memandu untuk mendengarkan pesan suara yang masuk. Aku tidak terlalu paham layanan seperti ini. Kehabisan baterai dan lupa bawa charger saja baru sekali terjadi seumur hidup, jadi sepertinya aku tidak butuh mailbox.
Aku duduk di teras, menikmati teh hangat yang disajikan kekasihku. Dia asyik mengabarkan pesan suara yang masuk satu persatu.
“Pak Bowo, Yang. Katanya minta surat-surat yang berurusan sama pajak dibundel jadi satu.” Serunya.
“Aku sudah ketemu orangnya langsung, tadi.” Jawabku.
“Oh. Hihihi. Hmm, ini Ibu Susan. Besok pagi jam 9 diminta menemani dia meeting di Menara Mulia.” Ujar kekasihku. Aku mengangguk-angguk. Menemani artinya disuruh presentasi sepanjang hari dan dia manggut-manggut.
“Kamu?” Kekasihku memasang muka bingung saat mendengar pesan ketiga. Aku meliriknya.
“Ada apa?” Tanyaku. Dia hanya mendekatkan speaker handphone ke telingaku.
“...krrsskk... krssskk... Papa, cepat pulang. Mama meninggal. Aku sendirian. Aku takut. Dirumah banyak darah Mama. Tadi ada maling, dia nusuk Mama. Papa, cepat pulang. Aku takut. Aku takut...krrsskkk.” Dan suara kresek-kresek lainnya sampai pesan itu habis.
Aku diam. Kekasihku masih dengan muka kebingungannya. Kasian sekali anak ini. Dia salah sambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!