Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 04 Februari 2011

La Pluie

Oleh: Oka Kartikasari

Ruang kelas ini memang dibuat agar aku konsentrasi dengan slide yang diterima oleh mata, meski lebih sering ditolak oleh otakku, atau mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh dosen, yang sudah jelas terpantul di telingaku. Ah, ruang ini bahkan kedap suara, adakah yang sadar diluar sana hujan? Aku yakin tidak ada, karena semuanya berkomentar ketika keluar dari ruangan. Ya, tidak semuanya benci hujan, tapi tidak semuanya suka hujan, kalau aku, tergantung situasi...


***


Aku tidak membawa payung, karena payung yang sebelumnya rusak dan aku malas untuk membeli yang baru. Artinya harus menunggu hujan reda atau mencari tumpangan untuk pulang, entah kenapa kupilih untuk menunggu hujan reda, toh masih sore, mungkin membaca novel ditemani suara hujan, tidak akan terlihat buruk sama sekali.


Aku bukan penentu keputusan yang baik, hujan yang deras semakin senang untuk jatuh ke bumi, langit yang gelap pun semakin gelap, karena memang ini sudah malam. Seandainya aku menerima ajakan temanku, mungkin tak akan begini jadinya, ah, apalah gunanya menyesal di akhir.


Aku bersiap untuk lari menembus hujan, menuju koridor beratap di seberang gedung kuliah ini, yah tak apalah basah aku akan segera mandi dan menikmati teh hijau celup sesampainya di kosan. Sebelum memulai berlari, ada yang memanggil, kakak kelasku membawa payung beserta seorang gadis yang tak kukenal disampingnya. Dia menawarkan payung untuk dipakai bersama secara bergantian, awalnya aku sangat senang, namun raut muka gadis itu menunjukkan kecemburuan yang membuatku menolaknya dan mengucapkan terimakasih singkat, lalu segera melebur bersama hujan.


***


Hachooo~ Aku rentan sakit, hujan kemaren membuat bersin sepanjang hari, aku semakin tidak tertarik dengan mata kuliah ini, mood ini terlalu berantakan, harusnya hari ini tidak usah kuliah. Aku benci hujan. Tanpa harus melihat ramalan cuaca, aku sangat yakin hujan pun akan turun hari ini, dengan segera aku mencari tumpangan pulang.


Bersyukurlah untuk hari ini, aku akan diantar pulang dengan selamat tanpa harus kuatir sakit di hari berikutnya. Duduk di selasar dan melanjutkan novel kali ini lebih menyenangkan, meskipun harus menunggu temanku yang sedang rapat di dalam gedung. Pandangan mataku pada novel ini terhenti ketika orang yang sama, di tempat yang sama menyapaku, tetapi tidak dengan payung ataupun seorang gadis, mengambil tempat disebelahku dengan santai.


"Kakak nggak bawa payung hari ini?"

"Iya, lupa, kamu sendiri? Udah bersin-bersin begitu nggak bawa payung juga hari ini?"

"Nggak, kak, malas beli, tapi sekarang udah ada tumpangan, kok."

"Kakak boleh nunggu hujan reda di sini kan?"

"Tentu saja."


***

Agak aneh, akhir-akhir ini hujan enggan turun, matahari pun begitu terik dan membuatku berkeringat sepanjang hari. Aku mulai merindukan suara rintikan hujan, aroma tanah yang kental dan udara dingin yang ditimbulkannya. Hari itu, kakak kelasku itu menceritakan banyak hal tentang hujan, dia sangat menyukainya, entah berapa filosofi tentang hujan telah dia utarakan. Mungkin kebencianku akan hujan mulai berkurang, mungkin semua ini karena dia, dan mungkin aku mulai menyukai dirinya. Saat ini yang sangat kuinginkan hanyalah hujan.


Tuhan mendengarkan doaku. Aku berdiri di samping kolom bertanaman rambat, senyum-senyum sendiri, beberapa ajakan tumpangan dengan senangnya aku tolak. Mungkin hari ini Tuhan agak berlebihan, aku bahkan tidak percaya bahwa hari ini nyata, dia datang menghampiriku, kini dengan payungnya.


"Nggak bawa payung lagi? Atau nunggu teman kamu?

"Iya, nggak bawa, kak, nggak nunggu teman, tapi nunggu hujan reda"

"Ooh, kakak bawa payung nih, mau pulang bareng atau nunggu hujan reda di tempat lain?"

"Eh? Pulang bareng juga udah cukup kok, kak."

"Yakin? Oke. Oh iya, cewek yang tempo hari itu adik kakak."


Aku semakin dibuat bingung dengan kalimat terakhirnya, tapi itu tak berarti untuk saat ini, aku hanya bisa tersenyum bahagia. Aku hanya suka, mungkin sangat mencintai hujan.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!