Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 19 Januari 2011

Cinta ini, Cinta Kingkong.

Oleh: @qalbinur

Malam ini tak seperti biasa kurasakan,. Ya, tiba tiba aku memikirkannya. Semua dengan kenang-kenangannya.
Aku tak tahu apakah dia memikirkanku juga, sama seperti ini. Apakah dia tahu aku sampai saat ini cemburu dengan wanita yang ada di dekatnya. Hingga aku marah dengan diam tanpa ada sepatah katapun aku ucap. Aku sebenarnya ingin menyatakannya tapi aku malu jika aku bilang bahwa aku cemburu. Memang, aku ini siapanya?, pacarnya saja bukan?
Lalu dia sering meneloponku, sms-ku, bicara kepadaku tapi aku enyahkan. Hingga aku dengannya Lost contact begitu saja. Mungkin dia sudah diujung jenuh menjelaskannya lagi padaku.
Aku sebenarnya rindu dengan dirinya yang dulu. Dimana menjadi tempat aku bersandar. Saat tugas kuliahku sedang bertubi tubi datang atau hidup ketika itu sedang tidak asyik bagiku. Dia tempat aku berbagi .Ya, aku rindu sosok dia yang dulu. walau hanya kata-kata dari sms.
Tapi karena aku berkerudung semua kadang menghambatku semua. Terkadang aku ingin memeluknya dengan erat tapi apa dayaku. Batasan agama sangat tidak menganjurkanku untuk bersentuhan fisik yang belum menjadi suamiku, malah aku dianjurkannya untuk menjaga pandanganku terhadap lawan jenisku, itu saja aku lalaikan.
Aku sering bertatap-tatapan dengannya. Mengobrol asyik atau sekedar sharing kuliah karena kebetulan aku dengannya beda angkatan. aku tahu kalau dia menyukaiku dan dia juga tahu kalau aku juga tertarik juga dengannya. Tapi perasaan suka ini memang hadir bukan di tingkat aku SMA, yang orang sebut dengan cinta monyet. Ya, cinta ini baginya bukan sekedar cinta monyet.
Cinta ini, adalah cinta kingkong, sepenggal kata katanya dalam sms ketika itu.
Bener bener kingkong tuh orang, dalam hati dan berulang ulang
Semua benar benar terasa hambar. Inilah bagiku yang sangat merugikan wanita dari ajaran agama ini. Tentangan menjalin hubungan. kadang aku merasa status hubungan memang harus ada, walau hanya baru masa perkenalan. Agar jika racun rindu datang mendera, ditambah dia hilang tanpa kabar. Aku tidak sesakit ini, lalu pikiran jelek dating begitu saja.
Apakah dia sudah mencintai dengan wanita lain yaa?
Atau memang sedang sibuk..?
Ya, kalimat itu datang seperti air mengalir. Yang jelas, aku merasakan di dada sebelah kiri ini seperti sayat sayat pisau tapi tak berdarah.
Kadang aku cerita dengan teman dekatku, teman kepecayaanku. Seperti biasa dia hanya menyodorkan solusi klasik, yaitu sms dia. aku tahu itu, bagiku itu pilihan terakhir. Tapi sekali lagi aku malu sms dia, malu pada kodratku sebagai wanita, dan juga malu terhadap apa yang aku kenakan, tidak seperti apa yang aku pakai. Yang jelas ini sangat mengganguku.
Akhirnya aku pun merangkai kata, berusaha sms dia. Tapi sedikit aku modifikasi. Ya, berlatar belakang tausiyah(hikmah hidup) yang pada dasarnya itu adalah bentuk perhatianku kepadanya. Jempolku pun mulai bergerak. Lalu aku klik kata di layar ‘Send’ dan ‘Terkirim’.
“ Sungguh Allah malu jika doa hamba hambanya sampai tidak dikabulkan, yang dimana ia sudah bekerja keras dan berdoa. ..”
Dia tahu betul aku kala itu sedang rindu dengannya, lalu ia berkata “ iyaa makasih ya 
Kadang jika dia hanya berkata makasih aja, banyak pikiran yang macam-macam keluar. Mengapa dia tidak balik Tanya kepadaku. Jangan jangan dia memang sudah punya wanita lain. Aku gelisah tapi aku malu untuk bertanya lagi. Aku kan wanita, wanita berkerudung.
Lalu aku alihkan dengan kegiatan penelitian skripsiku. Rutinitas itu berhasil menipu pikiranku kala itu. Disaat aku wisuda pun dia menungguku. menatapku dari kejauhan. Aku tahu dia sedang memperhatikanku. Terus dan terus.
Lalu, disela semua keluargaku tidak memperhatikanku. Dia pun mendatangiku. Lalu menatapku tajam. Dan aku lihat tiba tiba seuntai air keluar dari matanya, sembari mimic bibirnya bergetar. Tetapi dia masih saja memaksa. Lalu atas nama tuhan kata per kata berjatuhan dari bibirnya, walau terbata-bata . . .
“Aku sadar bahwa tugasmu belajar dan tak mungkin orang lain menunaikannya. . .
Aku sadar, kita harus memastikan, memilih apa yang bisa kita pilih, dan mencintai apa yang kita tinggal menjalninya.
Aku sadar bahwa rezekiku takan diambil orang lain, maka hatiku menjadi tenang.
Aku tahu bahwa Allah selalu menatapku, dan malu jika tidak mengabulkan hambanya yang sudah berusaha sekuat daya fisik maupun doa.
Aku sadar betul allah mengenalkanku padamu itu mempunyai alasan. dan ketahuilah aku bukan berlari. Aku hanya menunggu waktu yang tepat seperti yang allah janjikan padaku. Aku yakin itu, tapi kamu tidak yakin. . .
Wassalamuallaikum . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!