Oleh Faizal Egi
Dulu, disini hanya ada kita berdua
Kita menjelajahi pulau pasir ini berdua
Bergandengan tangan tanpa mau terlepas sedetik pun
Kadang kita tersesat di sisi lain pulau ini
Sempat merasakan kebingungan,
Namun saat saling berpandangan hanya senyum yang terukir di wajah kita
Senyum yang kemudian berubah menjadi tawa
Berdua kita mempelajari semua hal yang sama sekali asing bagi kita
Menemukan kesenangan – kesenangan liar yang terlarang
Menikmati rengkuhan bisikan iblis yang memabukkan
Kadang tergores oleh duri kecerobohan dan terperosok ke dalam lubang kealpaan
Tapi tidak masalah selama kau disisiku,
Karena pelukanmu meluruhkan semua luka yang ada pada diriku
Semasa itu, kita tidak tahu
Dan tidak ingin tahu apa yang ada di luar pulau tempat kita menghirup udara kebahagiaan ini
Sungguh masa yang indah
Masa dimana aku kira itulah yang namanya surga
Tapi waktu terus berlalu
Orang – orang asing berdatangan ke pulau kita
Orang – orang yang datang dengan berbagai tujuan dan pesona
Kau pun akhirnya tergoda untuk berinteraksi dengan mereka
Karena aku tak sanggup menolakmu,
Maka aku mengijinkanmu untuk bertegur sapa dengan mereka
Kuijinkan kau terlepas dari genggamanku meskipun terasa sakit
Pada awalnya kau hanya meninggalkanku untuk beberapa kedipan mata
Namun semakin lama kau semakin akrab dengan mereka
Semakin nyaman dengan mereka
Kau pun semakin sering meninggalkanku
Sekarang, tanganku sudah lama tidak merasakan genggamanmu
Seharusnya aku semakin terbiasa dengan itu
Namun kenyataannya tidak!
Rasa sakit yang kurasakan justru berlipat ratusan kali
Rasa sakit yang hanya ingin menyiksaku tanpa membunuhku
Sekarang, berdiripun aku tak sanggup
Tapi aku ingin bertemu denganmu!
Kupaksa diriku bergerak menghampirimu yang sedang bersenda gurau bersama mereka
Kupaksa lutut dan tanganku bergesekan dengan pasir untuk sampai ke tempatmu,
Pasir yang terasa tajam saat kau tak bersamaku
Sesampainya aku disana, aku mengajakmu pulang kembali padaku
Kau menatapku iba
Aku tau maksudnya, kau masih ingin tinggal
Aku berada di persimpangan,
Menuruti egoku atau membiarkanmu berbahagia bersama mereka
Lalu aku berkata padamu, pasrah namun penuh harap
“Aku akan pulang, dan sesampainya di rumah akan kututup pintu untuk selamanya”
Kupalingkan wajahku,
dengan rasa sakit yang teramat aku kembali ke rumah
Rasa sakit dari luka dalam yang semakin tergores
Disini lah aku sekarang,
Menatapmu berbahagia disana tanpaku
Menatap dengan raga yang sudah hampir hancur seluruhnya
Namun aku akan slalu bertahan, karena aku tak sanggup untuk tidak memandangmu
Dan bukan hanya ragaku yang akan rusak,
Namun jiwaku pun akan terkoyak jika aku meninggalkanmu ke pulau lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!