Oleh Icak
Perlahan-lahan Malam merangkak menuju puncak kejayaannya, menaiki tangga tahta untuk mencumbu bulan purnama yang bersinar menyinari kelam. Gelap malam membingkai wajah purnama, menciptakan garis tegas yang memisahkan antara yang terang dan sisanya.
Malam ini adalah malam yang istimewa. Malam ini lah yang tercatat dalam ramalan sang pembawa kabar pada 340 tahun yang lalu. Sang pembawa kabar meramalkan bahwa pada tepat pada akhir malam bulan purnama ini akan lahir seorang lelaki yang ditakdirkan menjadi Ratu, seorang ksatria, yang akan merubah aliran sejarah. Sang Ratu ini akan memerintah selama 8 windu, dimana saat ia berkuasa, sungai-sungai akan mengalirkan susu, gunung-gunung memuntahkan emas, dan tanah akan menghasilkan panen yang melimpah.
Namun, musuh-musuh sang Ratu dalam ramalan akan menderita, dan orang-orang yang percaya akan dibalas kekayaan berlipat ganda.
Dan aku adalah sebagian dari orang-orang yang percaya itu, juga ayahku, dan ayah sebelum ayahku. Kami adalah bagian dari sebuah tradisi yang murni. kami adalah keturunan langsung orang kepercayaan sang pembawa kabar. Tugas kami adalah menjaga dan melindungi sang Ratu. Generasi demi generasi keluarga kami menjaga rahasia sang Ratu, rahasia kelahirannya, rahasia kekuatannya dan rahasia kebijaksanaan yang kelak akan membimbingnya menuju kejayaan.
Tinggal beberapa jam lagi sang Ratu akan dilahirkan. Hanya tinggal beberapa jam lagi, anakku akan lahir ke dunia ini.
Ya betul, Sang Ratu adalah anakku.
Selama beratus-ratus tahun keluarga kami mencari tanda-tanda garis keluarga ibu sang Ratu, kemudian memastikan bahwa calon ibu itu akan selalu berada di tempat yang aman, ia harus aman sampai melahirkan sang Ratu. Sampai malam ini, sudah ratusan nyawa kami buang demi mengetahui siapa ibu sang Ratu, dan setelah nama calon ibu itu diketahui, aku ditunjuk oleh para tetua untuk mengawininya. Seuai apa yang direncanakan, Aku lalu menanamkan benih ku pada calon ibu itu tepat 9 purnama yang lalu.
Saat ini kami sudah dekat, sudah sangat dekat dengan tujuan kami.
Tujuan kami bukanlah kedamaian, bukan pula kemakmuran. Hal yang menjadi tujuan kami sangatlah sederhana, kekuasaan.
Para leluhur kami dahulu berpikir apa cara terbaik untuk memanfaatkan ramalan kelahiran sang Ratu. Mereka kemudian menemukan bahwa cara terbaik itu adalah dengan menjadikan sang Ratu menjadi bagian dari kami.
Ikatan antara keluarga kami dan sang Ratu ramalan takkan mungkin terputuskan jika sang Ratu satu darah dengan kami. Sang Ratu akan naik tahta dan kemudian keluarga kami akan dibawanya naik keatas singgasana.
Kelahiran sang Ratu berarti lahirnya kejayaan keluarga kami, lahirnya kekuasaan kami, lahirnya dinasti kami.
Ramalan sang pembawa kabar memastikan kejayaan keluarga kami.
“Tuan”, seorang emban memanggilku kembali dari alam khayal.
“Putra tuan lahir dengan selamat Tuan”, ia kemudian melanjutkan.
Tiba-tiba saja, kabar dari seorang emban ini menghancurkan impian dan ramalan berusia 340 tahun itu.
***
Yokohama 21/01/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!