Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Sabtu, 29 Januari 2011

Tembok Umur


By: Salita Romarin


Aku selalu suka ketika aku bisa online. Ya, facebook. Bukan untuk sekedar update status atau mengisi wall teman-temanku. Tapi karena ada satu hal yang selalu bisa kulakukan. Dan itu bisa memakan waktu berjam-jam dalam hidupku. Bahkan ketika aku sedang sangat sibuk, aku akan menyempatkan diri melakukan itu. 

Tahukah kamu apa yang kulakukan?

Jangan tertawa dulu. Aku tahu ini rasanya memalukan untuk wanita seumurku. Tapi apakah kamu pernah menyangka. Kukira tidak. Kamu tidak akan pernah menyangka. Yah, kuakui saja deh. Aku suka sekali memandangi profilmu, foto-fotomu, notes-notesmu, wall-mu. Ah, tidak bisa kubayangkan hari-hari tanpa itu. Bodoh ya? Maaf. Tapi kamulah sumber kesenanganku. Aku bisa diam berjam-jam untuk memandangi foto-fotomu.

Terkadang aku agak bosan kalau kau tidak online berhari-hari. Aku mencari-cari kamu di mana, membayangkan apa yang sedang kamu lakukan saat itu. Tapi ketika kamu muncul lagi, oh, betapa senangnya aku. Aku tahu, kamu pasti sibuk dengan sekolahmu dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk itu.
Hal kedua yang aku sukai adalah ketika kamu membalas komentar-komentar jahilku. Itu selalu membuatku tertawa. Atau ketika aku diminta tolong olehmu untuk mengajarimu beberapa hal. Tentu aku akan sangat senang. Walau kadang, pengetahuanku ini terbatas. Maaf, aku bukan orang yang pintar.

Ada masa ketika kamu sedang jatuh cinta, statusmu itu tentang cinta selalu. Masa itulah aku bertanya-tanya, siapakah itu yang sedang kamu sukai. Aku tidak mau berharap, karena orang seperti aku tidak mungkin, sangat tidak mungkin bagiku, untuk kamu cintai. Lalu aku mencoba membantumu, memberikan sedikit saran tentang cinta yang aku ketahui sedikit. Setidaknya aku sudah lebih berpengalaman dalam bidang ini. Walaupun sebenarnya aku tidak bisa berbohong  bahwa aku berharap akulah yang kamu maksud. Bodohnya aku.

Hingga sekarang, tetap saja aku tidak bisa berbohong. Tapi tahukah kamu apa yang membuatku seperti ini? Aku sendiri agak sulit menjelaskannya. Aku, tidak tahu kata-kata yang tepat untuk menggambarkan rasa ini.
Kuakui, awalnya aku melihatmu sebagai seorang teman yang menarik. Aku menikmati setiap percakapan kita.

Namun lama-kelamaan, ada rasa ini. Debaran aneh saat aku melihatmu memimpin kelompok kecil di sekolahmu. Debaran aneh saat kau berbicara di depan umum sebagai ketua OSIS. Debaran aneh yang datang lebih kuat lagi ketika kamu berbicara denganku. Seketika kau berubah menjadi seorang pria dewasa yang menurutku, kamu lah orang yang aku cari untuk menjadi pendampingku. Perasaan ini, bukanlah perasaan seorang kakak kepada adiknya, melainkan perasaan yang tulus dari seorang kekasih kepada cintanya. Aku ini seorang wanita yang selalu merindukan aura seorang lelaki yang mampu melindunginya. Dan kau memiliki aura itu, sangat kuat kurasakan. Tahukah kau?

Tapi, apalah daya. Aku tidak bisa menerima keadaan kita. Ketika aku membayangkan kita di bilangan tahun yang akan datang, tentu akan aneh bagiku untuk bersamamu. Aku tidak dapat menerima, kalau nantinya bila kita bersama, semua akan heran. Bagaimanapun kita hidup dalam adat ketimuran, atau apalah itu sebutannya. Aku hanya tidak bisa menerima kalau aku yang lahir lebih dulu harus hidup bersamamu yang umurnya sama seperti keponakanku sendiri. Dan kupikir, hal ini juga yang tidak akan pernah kau terima.

Ingin sekali aku memelukmu,merasakan lagi aura dewasamu itu. Sekali saja. Dan ketika itu, aku akan berusaha menghapusmu.

Tapi mengapa? Mengapa kita tidak bisa bersama? Mengapa di saat Demi Moore bisa bersama Ashton Kutcher, atau bahkan Raffi Ahmad dan Yuni Shara yang bisa bermesraan dalam kehangatan, aku malah terhalang oleh sebuah tembok yang bernama umur? Mengapa di saat kita merasa sebagai sahabat yang sangat dekat dan terasa nyaman bagiku, waktu menyadarkanku bahwa kita hanya sebatas teman?
Kau tidak pernah tahu. Kau tidak akan pernah tahu. Karena, selama ini kau hanya menganggap aku ini sebagai kakak bagimu kan? Seorang yang ada untuk membimbingmu, untuk dijadikan tempat bercerita.
Kalau begitu, biarlah aku memandangimu saja. Menjagamu dari jauh tanpa kau tahu. Biarlah aku yang mengalah kali ini, biar aku yang menanggung segala kerumitan ini. Karena aku memang tidak pantas untukmu, aku memang bukan untukmu. Dan kalau aku bisa, aku ingin sekali memutar waktu, dan lahir jauh setelah dirimu ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!