Oleh Citra Lestari Y (@citralestariy)
“Thank you, Guys. See you next time!” aku menutup penampilan band-ku di Cafe Zoné.
Aku adalah vokalis sekaligus gitaris sebuah band indie yang sedang naik daun. Minggu ini adalah minggu yang sangat melelahkan, tapi ini semua tidak berarti apa-apa untukku setelah band-ku tampil di soft opening Cafe Zoné, sebuah cafe milik temanku. Melihat penonton yang ikut bernyanyi bersamaku adalah obat untuk segala kepenatanku. Musik bisa menggambarkan apapun yang aku rasakan. Amarah, kebahagiaan, kekecewaan, kesedihan, serta jatuh cinta. Ya, musik adalah segalanya untukku.
Dan sekarang, aku sedang jatuh cinta. Rasa itu tumbuh pertama kali saat aku harus mencari referensi di perpustakaan. Aku melihat seorang gadis manis sedang duduk di sudut ruangan perpustakaan, dengan rambut panjang sebahu, dan kacamata putih bertengger di atas hidung mancungnya. Gadis itu tersenyum saat menangkapku yang sedang memperhatikannya.
Sudah tiga hari ini aku ke perpustakaan hanya untuk melihat gadis itu, dan akhirnya aku tahu nama bahwa gadis itu Amel, Amelia Dinata. Nomer teleponnya pun berhasil aku ambil diam-diam dari database anggota perustakaan.
Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta, semua terasa gugup, serba salah dan bikin jantungan. Aku tidak berani memulai pembicaraan dengannya, dan aku hanya bisa menatapnya dari jarak 10 meter. Hingga akhirnya keberanian itu sedikit muncul, dan aku berani untuk menyapanya, di SMS. Betapa bahagianya aku saat mengetahui bahwa dia menyadari keberadaanku di perpustakaan. Satu buah lagu langsung tercipta malam itu juga ketika aku mendapat balasan SMS darinya. Sepanjang malam itu juga aku tidak berhenti membunyikan gitar kesayanganku. Dan tentunya dengan wajah yang ceria sambil tersenyum sendiri dengan tatapan melayang, membayangkannya.
Keesokan harinya aku tidak mendapati dia di tempatnya yang biasa. Dia tidak datang hari itu, kata petugas perpustakaan. Saat kutanyakan padanya, dia hanya menjawab sedang banyak deadline tugas, oleh karena itu dia tidak bisa ke perpustakaan dalam waktu dekat ini.
Sampai pada suatu hari, aku merekam suaraku yang menyanyikan lagu yang kuciptakan untuknya, dengan diiringi bunyi petikan gitarku. Lalu aku mengirimkan lagu itu lewat email kepadanya, beserta lirik lagunya. Aku sangat beruntung memiliki bakat dibidang seni, khususnya musik. Karena diakui atau tidak, musik adalah salah satu magnet penarik hati wanita. Apalagi dengan suara merdu dan petikan gitarku, harusnya setiap wanita akan luluh mendengarnya.
Dia membalas emailku dengan tambahan pesan bahwa dia sangat menyukai lirik yang kubuat untuknya. Sayangnya, kami tidak pernah berbicara secara langsung. Semua komunikasi berlangsung lewat email, SMS, dan messenger. Entah kenapa semenjak aku mengajaknya berkenalan, dia tidak pernah lagi datang ke perpustakaan.
Seiring berjalannya waktu, aku menciptakan satu buah lagu lagi untuknya, dan tentu saja lagu tersebut aku kirimkan lagi kepadanya. Di lagu itu tergambar bagaimana perasaanku yang selalu menjadi tidak menentu saat melihatnya dan membayangkannya. Entah keberanian apa yang merasukiku saat itu, aku menembaknya di akhir lagu tersebut. Oleh karena itu aku tidak mengirimkan lirik lagunya di email, aku hanya menulis pesan ‘your answer is….’
Rasanya jantungku berdetak lebih cepat saat menunggu balasan darinya. Sejam, dua jam, tidak ada email yang masuk. Akhirnya aku mengirimkan SMS kepadanya.
To: Amelia Dinata
Hey, udah denger lagunya? I am waiting your answer :)
From: Amelia Dinata
Sorry, I’m deaf :) bisa kamu tulis semua yang kamu nyanyikan di lagu tersebut? :)
Dan baru kali ini aku merasa bahwa musik itu sia-sia. Sayang sekali, sebagus apapun aku memainkan gitarku, semerdu apapun aku menyanyikan laguku, dia tidak akan pernah menyadari bahwa itu semua indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!