Kamu tidak akan mengerti, jika kamu tidak ada di dalamnya, tidak terlibat di dalamnya, atau merasakan getarnya..
Ini adalah rasa dimana cinta, rindu, sayang menjadi satu dalam satu balutan kisah.
Ini adalah kisah perjalanan mencari jawaban dari semua tanya.
Ini adalah tanya dari sekelumit rasa yang menyerang di dada.
Jadi di mana letak jawabnya?
Coba rasakan yang aku rasa. Karena inilah kisahku.
Jakarta, 28 Februari 2004
Pagi ini, aku mendapat kabar Siti Nurhaliza akan melalukan rekaman untuk salah satu program televise swasta. Hadiah yang luar biasa yang Sang Maha Pemberi beri di hari ulang tahun ku. Aku bisa menghabiskan hari ini dengan Siti ada dalam kisah itu.
Berita buruknya. Aku tidak memiliki undangan untuk program televisi tersebut. Sedih rasanya. Tapi aku tidak patah semangat. Bersama dengan teman-teman komunitas penggemar Siti Nurhaliza, aku memutuskan berjudi dengan nasib. Kami akan datang ke acara itu, tanpa undangan. Nekat.
Dengan was-was aku melewati pintu gerbang stasiun televisi tersebut. Security yang ramah mempersilahkan aku masuk. Lega rasanya. Tapi perasaan ku kembali campur aduk saat mencoba memasuki Studio 1. Keamanan jauh lebih ketat. Tetapi, aku kembali berhasil masuk. Rasanya luar biasa sekali. Teman-teman ku juga bisa masuk ke studio. Senang rasanya bisa menikmati malam ini bersama.
Kami lalu memilih duduk manis, menunggu acara dimulai.
Siti tampil sempurna malam ini. Cantik dan mempesona. Rasa rindu ku untuk bertemu dengannya terobati.
Acara berakhir. Aku dan teman-temanku seperti semut yang mengincar gula. Kami langsung menyerbu panggung utama untuk mendapatkan kesempatan meminta tanda-tangannya, atau sekedar bersalaman dengannya. Sayang, aku berdiri disisi yang salah, dan aku kehilangan kesempatan. Sedih rasanya.
Jam sudah menunjukkan angka sebelas, teman-teman ku memilih untuk pulang. Sementara aku kukuh, tidak ingin pulang sebelum melihat Siti keluar. Untung seorang teman mau menemani, karena rumahnya yang searah denganku.
Sekitar pukul 12 kurang, Siti keluar dengan kawalan yang ketat. Spontan aku berteriak. ”Kak Siti? Mau photo bareng!”. ”Siti mau istirahat!” Balasan dari salah satu security itu membuat ku sedih. Tapi tangan seseorang meraihku. Menarikku kedalam kerumunan itu, berdiri di samping Siti Nurhaliza. Dimas namanya, bodygurad yang selalu menemani Siti selama ini.
Hanya bisa diam, merangkul perlahan tubuh Siti. Dia membalas rangkulanku. Aku speechless.
“Kak Siti, terima kasih. Hari ini saya ulang tahun.” Terbata, aku mencoba berbicara.
”Really?” Dan nyanyian Happy Birthday mengalir lembut dari bibirnya. Rasanya ingin menangis.
Tuhan, terima kasih. Hadiah ini sungguh luar biasa bagiku. Dan air mata bahagia itu akhirnya keluar, setelah dia berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!