Oleh: Yuska Vonita
@yuska77
Raja membuka surat kabar hari ini. Lembar demi lembar ia buka tapi tak ada yang menarik perhatiannya. Hingga matanya tertuju di halaman tiga belas, kolom ke tiga belas deret ke tiga belas. Terpampang gambar seorang pria dengan tatapan mata kosong nan mengerikan. Judul gambar tersebut "The Walking Dead". Lalu Raja membaca artikel singkat mengenai makhluk seram tersebut.
"Sesosok pria berpakaian compang camping dengan luka menganga di bagian perut dan dada di duga berkeliaran di daerah Jalan Serampai dan Malaka, di bilangan Jakarta Pusat. Setiap pria itu melintas, banyak hewan peliharaan penduduk seperti anjing, kucing dan ayam mati dengan kepala putus. Bahkan dua hari yang lalu, sesosok mayat wanita paruh baya ditemukan di pinggir jalan raya persimpangan antara Jalan Serampai dengan Jalan Bawaka. Kondisi mayat tersebut sangat mengenaskan. Kepala putus dan tulang rusuk patah. Polisi masih menyelidiki kasus ini. Apakah pria bermata celong itu pelakunya?"
Raja menutup lembaran yang dibacanya, melipat koran dan melemparkannya ke atas meja kerja. Ia menghela nafas panjang. Apa benar di dunia ini makhluk gaib dan hantu seperti kuntilanak, tuyul dan zombie itu benar-benar ada? Ah, rasanya tidak masuk akal. Aku adalah ciptaan Tuhan yang dikaruniai akal dan aku beriman. Aku tak percaya. Begitu kata Raja dalam hati. Matanya terpejam. Dalam hitungan detik ia sudah berada di alam mimpi. Sunyi.
***
Matahari tak kelihatan batang hidungnya. Awan gelap bergulung-gulung di udara. Kuhirup udara beraroma besi, tanah dan ... darah. Apa ini ilusi? Kenapa tak ada satu makhluk pun yang berkeliaran di jalan raya ini? Angin bertiup dengan kencang, membuat dahan pohon meliuk ke kanan dan ke kiri. Daun-daun kering beterbangan menghalau pandangan mataku. Aku berjalan terseok-seok. Ada apa dengan kedua kakiku? Kulihat ke bawah, telapak kakiku telanjang. Celanaku kotor dan compang-camping. Aku tertegun. Apakah aku sudah menjadi gembel? Dimanakah aku berada. Aku mencoba untuk mempercepat langkahku, tapi tak bisa. Tulang-tulang kakiku terasa kaku. Aku terus melangkah. Di sisi kiri jalan ada sebuah warung kopi. Kulihat seorang gadis sedang menutup gerai kayu berwarna hijau tua. Aku berjalan mendekatinya. Kulihat wajahnya lekat-lekat, tiba-tiba aku merasa lapar. Perutku mengeluarkan suara gemeledak dan ada perasaan aneh yang kurasakan. Ada bisikan di telingaku.
"Ya, kamu lapar, anakku. Makanlah. Sudah tersedia di depan matamu."
Air liurku menetes deras. Aku mendekati wanita itu. Ia terpekik melihatku dan berusaha menutup gerainya. Tapi aku berhasil menyergapnya. Kucekik lehernya lalu ... Tak! Suara leher patah. Tak kuindahkan lolongan kesakitannya, tak lama suara itu berhenti. Kusantap daging segar di dalam rengkuhanku. Aku kenyang.
***
Jam empat pagi. Raja terbangun dari mimpinya. Ia mengucek-ngucek matanya lalu menatap jam dinding bulat berwarna putih di atas ranjangnya. Jarum panjang berdetak seakan berpacu dengan denyut jantungnya.
Perutnya terasa kenyang. Sekarang ia merasa haus. Dengan langkah gontai ia menuruni tangga lalu membuka lemari es di dekat dapur. Sebotol air mineral dingin diteguknya perlahan. Ia nikmati tetes demi tetes air yang mengaliri kerongkongannya.
Dengan langkah ringan, Raja kembali ke kamarnya. Di dekat tangga ada sebuah cermin bulat besar. Raja terperangah.
Wajah itu, wajah yang ada di mimpinya.
Mata hitam celong, pipi cekung dengan tulang yang menonjol, lubang menganga di perut dan dada, juga pakaian compang camping.
Raja berlari ke kamarnya lalu menutup pintu dengan kasar. Nafasnya terengah-engah.
Astaga, apakah aku...makhluk itu?
***
"Zombie Beraksi Kembali"
Seorang wanita penjaga warung yang bernama Sutinah (22) tewas secara mengenaskan. Sama seperti korban di Jalan Serampai, leher korban putus dan tulang rusuk remuk. Tidak ada saksi mata saat kejadian ini terjadi. Siapakah pria penyebar teror mengerikan ini?"
***
"Makanlah, perutmu lapar. Di bawah ada ayah, ibu dan adikmu. Ayo, santaplah!"
Pria bermata celong dan berperut bolong menyeringai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!