Oleh : Laurentia Kartika (@Laurentkartika)
http://laurentkartika.tumblr.com/
“Ungkapan ini selalu hanya sampai di penghujung lidahku, aku terlalu pengecut! Aku hanya diam-diam dalam cinta.”
Jadwal kuliahku semester ini memang tidak terlalu padat, aku hanya kuliah dari hari senin hingga kamis. Sabtu dan minggu memang sengaja aku sediakan waktu untuk keluarga. Ya, di hari jumat aku selalu meluangkan waktu untuk ke perpustakaan umum, Entah untuk mencari bahan-bahan tugas kuliah atau sekedar baca-baca.
Di sini cerita itu berawal, cerita yang ku mulai diam-diam, dengan tingkah yang diam-diam, dan perasaan yang diam-diam. Ku ceritakan dalam diam.
*****
Mengawali semester 2 ini aku sedikit disibukkan dengan tugas hukum dan hak asasi. Ya, aku kuliah di jurusan ilmu hukum. Aku tahu, kau juga kuliah di jurusan yang sama. Hari ini, aku berhasil menarik perhatianmu, kita berkenalan.
“Hey, ehmm, Lauren, maaf, aku menemukan agendamu di meja itu tadi. Ini.” Ujarnya menghentikan langkahku sembari menyodorkan agendaku yang sengaja ku tinggalkan supaya kau yang memberikannya kembali padaku. Karena yang kusadari kau duduk tepat di depanku tadi. Kau tahu namaku, kau pasti membuka agendaku. Ini yang ku tunggu-tunggu.
“Terimakasih.”
“Mario.” sambil menyodorkan tangan kanannya. Aku tercengang. Aku menyalamnya gemetaran.
Dia lalu mengajakku berbincang sambil menikmati perjalanan ke tempat penitipan tas. Hobinya sama denganku, bermain kata.
Kita semakin akrab dengan obrolan tentang bermacam tulisan, mulai dari fiksi hingga roman. Kita membahasnya seminggu sekali di perpustakaan. Ini sudah minggu ke enam. Entah mengapa hingga minggu ke enam aku masih enggan meminta nomor handphone mu. Mungkin masih nyaman ku rasa dalam keadaan seperti ini.
Obrolan kita semakin jauh, hingga menyentuh perasaan. Aku masih sangat mengaggumimu, dalam diam tentunya. Sebenarnya aku ingin berbicara di lain tempat, di kampus misalnya, tapi mungkin kau sibuk dengan skripsimu yang senantiasa memutar otakmu. Ku maklumi.
Ini minggu ke dua belas. Aku datang ke perpustakaan yang sama. Tapi kau tidak. Kau hanya menitipkan sepucuk surat.
“Hari ini aku tak bisa menemuimu, nanti akan ku jelaskan, saat kita bertemu pastinya.” Tulismu dalam surat itu.
Empat hari setelah menerima surat itu, kita bertemu di kampus. Baru kali ini aku menemukanmu di kampus. Aku sengaja duduk di ujung koridor, tidak mendekati. Ternyata kau menyadarinya, kau hampiri aku dengan raut suka cita . Kau duduk disampingku lalu berkata, “Aku menyayangimu. Kau mau menjadi pacarku, Lauren?”
Hah??! Dia menyatakan cinta? Dia punya perasaan yang sama? Dia juga mengagumiku diam-diam?
Aku terdiam sesaat lalu, “Ya, aku juga menyayangimu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!