"Keluar lagi? "
"Iya.."
"Apa sih yang kamu cari disana? Mami bisa kasih semua.."
"Yakin? Mami urus aja semua perusahaan itu, harta mami.."
"Afni.."
Braaakk!
Terdengar isakan tangis seorang ibu paruh baya, menggaduhkan keheningan. Pagi tadi sang ibu tiba di Jakarta setelah berbulan-bulan berada di luar negeri, mengelola uang, tapi malam ini Afni kembali keluar rumah, bekerja. Tidak ada yang istimewa pada penampilannya. Tidak bergincu atau seksi seperti ciri wanita pekerja malam. Bukan. Afni bukan pekerja negatif. Dia bukan pekerja malam yang sudah pasti berdekatan dengan dosa. Afni baik. Dia anak baik. Bekerja di sebuah perpustakaan kecil, mengajarkan sekumpulan pemuda-pemudi minim pendidikan, berbagi dan mengasihi. Hanya malam yang mereka punya setelah seharian mengais rezeki untuk menyambung hidup. Dan mereka ingin pintar. Ini tugas Afni. Berawal dari perasaan bosan yang berujung perubahan sifat dan kepribadiannya. Bosan dengan kehidupan serba ada tapi minim kasih sayang dari kedua orang tua. Memang, mempunyai orang tua kaya dan sangat berkecukupan sangat menyenangkan. Menyenangkan sekali. Tapi tidak jika harus mengorbankan kebersamaan. Afni anak tunggal, sudah dipastikan kesendiriannya menjadi beban utama. Waktu bertemu kedua orang tua sangatlah terbatas, layaknya tamu, sering harus melalui proses yang merepotkan, mengatur janji dengan beberapa asisten mereka. Afni senang berada disini, berada di perkampungan kecil, kumuh, tapi sarat akan sikap kekeluargaan. Afni menggunakan tabungannya untuk hal yang tepat, membangun perpustakaan, mengadakan buku bacaan, serta mengajarkan banyak hal sederhana untuk mereka yang memang berkeinginan menjadi pintar. Afni melakukan ini bersama beberapa teman, yang bernasib sama, yang tidak lagi memikirkan uang, tapi kekayaan hati.
halo.. ini tulisan pertama saya. sangat minim ide, apalagi ilmu menulis. semoga keberanian berpartisipasi disini, bisa membuat saya sedikit kaya. terima kasih..
BalasHapus