Oleh: Dwina Karina
Kepada
Ytth[*] Mr. Sapi
Di tempat (kalau kamu memang sedang di tempat, sih)
Salam damai,
Aku sendiri tak tahu mengapa aku ingin menuliskan surat ini. Kau, ya, tak lebih dari kecoa busuk yang gemar mengiritasikan mataku (dan mata batinku juga, sejujurnya) dengan pesonamu yang sialnya terlihat selalu berteriak “AKULAH PANGERAN IDAMANMU” tiap kali mataku menangkap sosokmu. Kau brengsek.
Tapi aku merasa aku perlu menulis surat ini dan kau HARUS membaca surat ini hingga selesai.
Sebelumnya, aku perlu mengingatkan, ini BUKAN surat pernyataan cinta. Aku yakin kepala besarmu itu masih sanggup membedakan surat cinta dengan surat yang bukan surat cinta, seperti surat ini.
Dan sebelumnya lagi, aku akhirnya mengerti mengapa aku menuliskan surat ini kepadamu, karena aku ingin mengajarkanmu sesuatu dari sudut pandangku, agar kau tak lagi berlaku seolah-olah kau ini adalah seorang pangeran—atau apa—dengan paras tampan bukan main (yang harus kuakui kebenarannya). Bokong Zeus! Kau memang brengsek.
Apakah kamu tahu perasaan apa itu? Perasaan yang menyakiti. Hanya bisa membenci. Berorientasi pada titik kehampaan. Perasaan itu, perasaan yang hanya menyuguhi secangkir air mata. Tak mau hilang. Ingin selalu berpendar. Perasaan yang terlalu egois. Perasaan yang sangat rakus. Apa kamu tahu apa itu akhirnya? Kamu tidak tahu? Tidak mungkin.
Ini adalah perasaan yang dirumorkan sebagai perasaan terindah. Tapi, apakah pernah ada yang bilang kalau perasaan ini adalah yang terkejam? Ada, tapi hanya minoritas yang berkata seperti itu. Kamu tentunya bukan salah satu dari minoritas itu ‘kan, atau ya? Aku tak berani jamin, tapi kurasa kau malah tak mengerti apa maksudku. Jadi singkat kata, aku hanya ingin bilang, bahwa aku TERMASUK dalam kelompok minoritas.
Apa kamu tahu kalau perasaan ini kadang kala membunuh segalanya, baik raga dan jiwa? Jika kamu sangat buta mengenai hal ini, baiklah, biar aku yang menjelaskan hal ini kepadamu. Kamu tak tertarik, pastinya. Tapi kamu harus tahu, hal ini adalah hasrat terdalammu, bukan, maksudku, HASRAT TERDALAMKU KEPADAMU.
Perasaan itu adalah cinta. Cinta.
Akuilah kamu jengah mendapati faktanya. Tapi aku berbicara serius.
Jadi, kuharap kau segera sadar dan menampar pipimu yang berharga itu secepat mungkin. Karena apa? Karena, kau tahu, kaulah seorang bajingan yang membuatku merasakan cinta seperti itu.
Salam tampar,
Ex-Penggemar Rahasia yang sekarang menjadi Pembenci Rahasia.
p.s. Kau berani bicara padaku, kau tamat. Aku serius.
p.s. (lagi) Tapi, kau boleh bicara padaku, kalau kau.. yah. Begitulah. Aku tak perlu menuliskannya, pikir saja pakai otakmu sendiri.
p.s. (lagi dan lagi) AKU SUDAH MENGORBANKAN SELURUH HARGA DIRIKU UNTUK MENULIS SURAT SIALAN INI UNTUKMU! BAJINGAN KAU!!
Kepada
Ytth[*] Mr. Sapi
Di tempat (kalau kamu memang sedang di tempat, sih)
Salam damai,
Bagaimana kabar pipimu sejak kusuruh kau menamparanya? Hmm? Jangan-jangan belum kau tampar? Sialan kau kalau sampai belum. Well, tapi aku kali ini tak akan mempermasalahkan pipimu yang tak berharga lagi di mataku. Tenang saja, aku tak akan lama, aku berani jamin surat ini pendek sekali, sampai kau lupa kalau kau baru saja menghabiskan beberapa detik hidupmu hanya untuk baca surat ini.
Well, maksudku menulis surat pendek kepadamu kali ini, aku hanya mau bilang, aku sungguh-sungguh berterima kasih kepadamu. Waktu aku (yang sialnya) jatuh cinta padamu, aku tahu apa yang harus kuperjuangkan, aku tahu apa yang aku mau, aku tahu sumber penyemangatku. Aku tahu semua yang membuatku bangkit berjaya. Dan aku benar-benar berjuang. Untukmu. Bukan, untuk kepuasanku sendiri lebih tepatnya. Tapi anggap saja untukmu, supaya lebih dramatis. Toh, memang aku berjuang agar bisa memiliki hp yang sama denganmu.
Tapi seiring waktu berjalan, dan aku mulai memudarkan perasaanku, aku kehilangan ilmu rahasia untuk berjuang. Dan aku menyesal. Ingin menyalahkanmu, tapi tak mungkin. Kau bahkan tak tau aku sempat berjuang untukmu. Atau kau tahu? Potong telingaku, kalau sampai jawabanmu “ya”.
Oke, hanya sampai sini suratku padamu. Jangan besar kepala karena aku pernah berjuang karena dirimu. Awas, kepalamu meledak karena terlalu besar kege’eran. Sampai lain kali.
Salam tampar,
Ex-Penggemar Rahasia yang sekarang menjadi Pembenci Rahasia.
Kepada
Ytth[*] Mr. Sapi
Di tempat (kalau kamu memang sedang di tempat, sih)
Salam damai,
Hey apa kabar denganmu? Sudah berapa abad sejak aku menulis terakhir kali padamu? Ngomong-ngomong,kepalamu tidak meledak setelah membaca surat dariku yang kedua ‘kan? Hmm? Atau ya? Atau tidak? Atau ya dan tidak? Aku tidak peduli sama sekali, oke?
Tapi. Tapi. Tapi.
Tidak. Aku peduli sekali kalau kepalamu meledak atau tidak. Seandainya kepalamu meledak, kau pasti tidak akan membaca suratku dan itu artinya aku membuang-buang waktuku untuk menulis surat bodoh ini untukmu. Jadi, kuharap kepalamu tidak meledak, dan tetap berada di tempatnya dengan sehat selamat.
Oke. Jadi kita akan masuk ke alasan mengapa aku menulis lagi satu surat bodoh untukmu, Mr. Sialan (Kuganti jadi “Sialan” karena kau memang sialan). Dan, do you have any idea? I take it that you don’t. So, alasannya kali ini adalah… tidak ada alasan yang spesial. Bohong. Aku bohong barusan.
Begini, sejujujurnya barusan aku baru saja mengingat-ingat masa dimana aku jatuh cinta setengah mati kepadamu. Lalu setelah kupikir-pikir, rasanya aku seperti kehilangan kemampuan untuk menyukai seseorang seperti dulu aku pernah menyukaimu. Aku seperti.. hhh... susah dijelaskan.
Cobaan bayangkan, seorang pria impoten! Sudah? Seperti itu rasanya. Mengerikan, ya? Dan kau tahu salah siapa itu?! Kau, kepala botak (meski aku tidak tahu sekarang kau itu botak atau tidak)!
Tapi.. lupakanlah.
Mungkin memang sedang tidak ada pria yang pas untuk kutaksir sekarang, bukan salahmu. Aku hanya perlu seseorang untuk melampiaskan keresahanku, dan aku hanya bisa menemukanmu sebagai kambing hitam yang paling hitam dan yang paling palinh hitam yang bisa kutemukan untuk kujadikan kambing hitam atas semua keresahan, kegalauan ini.
Err… Maaf, aku hanya bercanda. Aku tahu kau putih, walaupun aku juga tahu sekarang kau dekil minta ampun, kayak sapi yang suka mandi lumpur. Oke oke, tenang. Aku hanya bercanda. Aku tidak mungkin suka sama orang yang jorok kan? Hehehe.
Mungkin kau merasa ada yang aneh dengan suratku yang kali ini. Seperti tidak ada tujuan yang jelas seperti dua suratku yang sebelumnya. Aku pun menyadari itu. Tapi kau tahu, aku hanya.. aku. Oke, sejujurnya aku hanya merindukanmu, dan semua hal yang diatas hanyalah sebagai kalimat pengantar untuk maksud dari suratku yang sebenarnya—meski aku tidak menyangkal apapun yang kutulis di atas barusan.
AKU RINDU (mungkin setengah mati) PADAMU!!
Tapi aku tahu kau tidak rindu padaku. Yang ada kau hanya membenciku semakin lebih, dengan kedatangan suratku yang ketiga. Tapi aku tidak peduli, bajingan gundul. Abaikan saja surat ini. Eits, berani kau abaikan surat ini, kau tamat, baso ikan.
Kalau kau anggap aku aneh, karena tiba-tiba merindukanmu, ingatlah, kau semacam.. cinta pertama-ku. Meski bukan yang pertama. Jadi, tidak aneh sama sekali kalau aku tiba-tiba merindukan ex-gebetanku. TAPI, aku tidak suka padamu lagi, bahkan seujung kuku pun tidak. Jadi jangan biarkan dirimu kepedean dan terbang ke angkasa, lalu kau merasa seperti pangeran paling ganteng sejagad raya, JANGAN.
Baiklah. Cukup sekian. Kuharap kebosananku dan kerinduanku hilang semua dan merasukimu menjadi perasaan bersalah yang menusuk ketulang-tulang dan menggerogoti setiap ons dagingmu! HAHAHA.
Lupakan.
Salam tampar eksta pedas dicampur dengan buitiran air mata,
Ex-Penggemar Rahasia yang sekarang menjadi Pembenci Rahasia.
p.s. Ini adalah surat terakhirku. Aku akan merindukan menulis surat kepadamu. Aku benar-benar tulus waktu mengatakannya kau tahu. Sampai jumpa. Maaf, maksudku, selamat tinggal.
p.s. Aku tidak tahu kau botak atau tidak. Aku hanya senang memanggilmu dengan panggilan yang menggambarkanmu sebagai manusia berkepala tak berambut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!