Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 05 Januari 2011

Good Nite, Ibu, Good Nite, Ayah

Oleh: Laily Maharani (@maharaniezy)
maharaniezy.tumblr.com


Diam. Malam itu aku cuma terhenyak. Seetngah termenung. Sepi. Sudah berbaring di tempat tidur. Sudah mengenakan piama. Sudah menyikat gigi dan cuci muka. Sudah menerjakan PR sekolah. Sudah menonton sinetron favorit. Sudah mengantuk. Sudah bersiap-siap mau tidur.


* 1 jam yang lalu *


Dan seperti biasa, disaat aku sedang menghafal bab sosiologi perihal ‘ manusia makhluk sosial’, ibu menengok sebentar ke kamarku. Beliau tampak rapih dengan setelan Blazer hitam, bersiap untuk syuting acara talk-show di salah satu stasiun TV kelas premium. Ibu tersenyum. Menegurku. Oke, dia memang sangat sibuk dengan kesehariannya, tapi ibu selalu menyempatkan untuk mengobrol dengan aku terutama pada jam-jam seperti ini. Break-time istilahnya.


Kami mengobrol dengan agak kaku, dan sedikit banyak basa-basi. Membicarakan tentang opening butik yang harus dihadiri ibu besok, tentang ajang kompetisi fisika yang harus aku ikuti, tentang kegiatan aku di sekolah, teman-teman aku, ( orang asing yang hanya kenal nama di sekolah ), tentang kegiatan ekstrakurikuler fiktif yang pura-pura aku ikuti. Intinya disini aku perlu banyak mengarang. Dan, aku cukup pandai dalam hal mengarang, atau berbohong, bukannya sombong. Ibu berusaha mencari aku, berusaha mengenal aku dengan caranya sendiri, walaupun sepertinya ibu tidak peduli, beliau terlalu sibuk dengan dunianya. Dia bertanya seperti tidak ingin tahu.


Aku menjawab sekenanya, disertai tawa basa-basi tentu saja. Dan mengalihkan ke topic lain. Aku berusaha membahas topic yang satu itu. Topik yang benar-benar ingin aku bahas. Walaupun tidak ingin. Walaupun tampak rumit. Walaupun keadaan bisa berubah menjadi sangat buruk. Walaupun keadaan bisa menjadi jauh lebih baik, untuk aku. Walaupun aku berkeringat dingin dan lidah mendadak kelu. Bukannya pura-pura berakrab diri seperti ini.


Ternyata tetap tidak bisa. Lidahku terkunci. Seperti tergigitt. Sebenarnya aku tidak peduli.


Aku memandang ibuku. Dia cantik. Dia wanita karir. Dia presenter berita terkemuka. Dia juga ibu rumah tangga. Dia penuh bakat. Dia berjiwa sosial. Sepertinya dia bisa segalanya. Bagiku ibu sosok yang sempurna. Tapi rasa-rasanya tidak untuk orang itu. Benar-benar tidak habis pikir.


Dan seperti malam-malam sebelumnya, ibu mengecup rambutku, mencium pipiku, memelukku, berkata bangga dengan putri seperti aku, dan hal-hal baik yang dia lihat telah aku lakukan, walaupun itu kamuflase, dan ibuku berkata good-night, selamat malam. Perkataan yang sangat menyenangkan. Yang aku tunggu seharian ini. Aku sayang ibuku, tentu saja.


Aku suka dengan ucapan good night yang diucapkan ibuku.


Setelah itu ibu pamit pergi. Ada jadwal siaran malam. Menutup pintu kamarku yang berderit pelan. Habislah sudah.


Kemudian aku mencuci muka, Menggosok gigi. Berganti piyama. Memainkan PSP. Mendenagrkan lagu-lagu country. Memainkan rambut, hingga nyaris ikal. Menguap. Bersiap-siap tidur. Menyelimuti diri sendiri. Mengecilkan suhu AC di kamarku. Menarik selimut hingga sebatas dagu. Menatap langit-langit. Rahangku tetap gemeletuk. Berasa kedinginan. Atau ketakutan ?


Dan seperti biasa terdengar satu, atau, dua, dan tiga ketukan ringan di pintu kamarku. Pintu yang tidak bisa dikunci. Gara-gara aku pernah melakukan percobaan bunuh diri beberapa bulan lalu. Ayah masuk kamarku dengan langkah ringan. Aku masih terbangun. Setengah mengantuk. Tapi pura-pura tidur pulas.


“ Fani….. “

Aku diam tak menyahut.

“ Fan … ? “

Tetap pura-pura tidur.

“ Kamu belum tidur kah ? “

Masa bodoh deh……..

“ Good nite Fani…… “ Ayah mengecup keningku. Dan mengelus-elus kepalaku yang pura-pura tidur. Mengelus leherku, dadaku, pahaku dan semua tubuhku. Meraba-raba. Setengah memaksa untuk melakukan perbuatan yang aku benci. Melayani dia.


Aku benci ucapan Good Night-selamat malam. Karena itu artinya adalah ayah tiriku mengajak aku tidur bersama, bergumul sampai pagi, dibelakang hidung ibuku saat tidak ada dirumah.

Aku bahkan sudah tidak bisa menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!