Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 07 Januari 2011

Di Atas Ketinggian


Oleh Fadilla Dwianti Putri / @dilladp


"Tak perlu takut dianggap lemah atau pecundang apabila kita memiliki suatu kelemahan dalam diri kita akan sesuatu. Kita juga tak perlu takut untuk menjadi seseorang yang penakut. Toh, Tuhan menciptakan kita berikut dengan segala perasaan, bukan? Mengapa harus malu dan mengingkarinya?"

Oke, anggaplah kata-kata yang kulontarkan saat seminar pengembangan diri hampir satu tahun yang lalu itu adalah omong kosong. Karena pada kenyataannya, pemikiran dan kenyataan adalah sesuatu hal yang sangat jauh berbeda. Dan di sinilah kini aku berada. Di dalam sebuah pesawat Boieng 737 yang akan segera membawaku ke belahan dunia yang lain. Aku tak dapat melarikan diri ke mana pun aku berusaha untuk pergi. Urusan pekerjaan ini benar-benar telah membuatku terjebak di atas burung besi yang melambung tinggi ribuan meter di atas permukaan tanah. Aku bisa merasakan dadaku naik turun, berusaha menghirup udara dalam-dalam, meskipun sedari tadi aku merasa sulit sekali untuk bernapas.

Anganku melambung tinggi. Ketakutanku mulai menjalari seluruh tubuh. Kecelakaan pesawat dua puluh tahun yang lalu masih membayang di pelupuk mata. Kecelakaan yang menewaskan ratusan penumpang dan hanya segelintir manusia beruntung yang selamat dalam tragedi itu. Termasuk aku. Semenjak saat itulah aku selalu berusaha untuk menghindari perjalanan melalui udara. Semua hal yang berhubungan dengan hal tersebut sangatlah memuakkan. Bahkan aku bisa merasakan sekujur tubuhku mulai gemetar dan berkeringat ketika memasuki gerbang keberangkatan.

Hamparan laut biru yang memantulkan cahaya matahari di bawah sana justru malah membuatku jatuh semakin dalam pada ketakutanku. Aku menutup mata rapat-rapat, merasakan sensasi yang luar bisa menghantam sekujur tubuh, ingin segera pergi meninggalkan semua kegilaan ini. Kucoba untuk mengalihkan perhatianku pada laptop yang sedari tadi kududukkan di atas pangkuan, beralih kembali pada pekerjaanku yang sedari tadi terbengkalai akibat phobia-ku yang satu ini.

Baru saja lima menit aku kembali berkutat pada pekerjaanku dan fokusku teralihkan dari ketakutan yang sedari tadi melanda, lampu-lampu di atasku tiba-tiba bergerak redup dan mati total. Tak lama kemudian, guncangan hebat melanda pesawat yang aku tumpangi, menjungkirbalikkan isi perutku. Ternyata.. Ketakutanku akan penerbangan selama ini menjadi kenyataan. Kejadian dua puluh tahun lalu kini terulang kembali. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!