Oleh Icak
Seperti biasanya kau bergumam dan berbicara tentang berbagai hal yang terlalu banyak. Tidak enak didengar, panjang dan bertele-tele.
Cukup di jawab dengan gumaman saja. Saya benar-benar merasa bosan.
Mulut yang tak henti-hentinya berbicara itu mulai terlihat melambat, bagai adegan dramatis dalam sinetron-sinetron berbiaya rendah. Tiba-tiba pikiran saya meloncat pada suatu topik.
Apa rasanya ya memiliki Fobia?
Apakah itu sama dengan rasa takut yang saya rasakan saat melihat kecoa? Biasanya saat melihat kecoa yang terjadi adalah badan saya mengeluarkan keringat dingin, bulu kuduk berdiri (bulu kuduk? Kalau saya melihat kecoa, yang berdiri sepertinya bulu tengkuk bukan bulu kuduk. Apa sih kuduk itu?), lalu saya akan berlari mencari lokasi aman terjauh sambil berteriak ketakutan.
Atau itu yang dimaksud Fobia?
Bukan! Orang-orang yang memiliki fobia itu menderita rasa takut yang tak beralasan! Saya bukan orang yang memiliki fobia! Karena rasa takut saya beralasan! Kecoa itu menjijikkan dan membawa penyakit. Manusia bisa mati jika kena penyakit yg dibawa kecoa. Masuk akal kan? Masuk akal kenapa saya takut kecoa.
Bayangkan, kaki-kakinya yang berduri tipis, sayapnya yang mengkilat, kemudian ia terbang dan jatuh di mukamu.
Ukh, tiba-tiba saya merasakan mual yang sangat, dan sepertinya dunia menjadi lebih gelap.
“Dok, Dok?”, tanyamu memanggil saya.
Pandangan saya perlahan-lahan menjadi jelas kembali .
“Sebenarnya apa penyakit saya?”
Saya berusaha tersenyum menenangkan dan menjawab, “Sepertinya itu fobia, mungkin lebih tepat dibicarakan dengan psikolog”
Lalu saya membuka catatan yang berisi puluhan nama psikolog yang direkomendasikan oleh teman-teman saya, untuk saya.
****
Yokohama, Jumat 07/01/2011 00:00 JST
Darmastyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!