Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 05 Januari 2011

Kuadrat

Oleh: Wisnu Aryo.

Perasaan hangat menjalari kedua tubuh itu, membakar keduanya dalam perasaan yang begitu aneh. Hangat selayaknya mentari jam sembilan pagi yang menyinari langkah seorang anak TK dalam perjalanannya menuju ke sekolah. Hangat selayaknya perapian di ruang keluarga yang mengait kebersamaan dikala salju datang. Mereka belum pernah merasakan keanehan ini sebelumnya. Dua tubuh itu, terbaring di atas satu kasur yang sama, saling bertatap punggung, bukan muka.

"Kamu yakin, kamu sanggup memaafkan aku?" tanya salah satu tubuh, menggeliat.

Rasa hangat itu kembali memancar kuat ketika kata maaf terlontar dari salah satu bibir. Maaf. M-A-A-F. Sederhana, sekaligus luar biasa.

"Sejujurnya, tidak. Aku tidak akan pernah sanggup. Sayangnya, aku harus." jawab tubuh yang lain, terkulai lesu.

"Mengapa?"

"Karena aku adalah kamu."

Mereka berdua berbalik, lalu berpelukan. Rasa hangat itu makin memuncak, bersatu layaknya sebuah pusaran energi.

"Jika kamu tidak sanggup memaafkan aku, terima aku. Apa adanya." bisik salah satu tubuh.

Garis-garis pemisah yang semesta sediakan seolah makin bias, tanpa batas. Zat demi zat bersatu. Dua tubuh itu, perlahan bersatu.

"Selamat malam, John." bisik tubuh yang satu, sambil perlahan pudar.

"Selamat malam, John." balas tubuh yang lain dengan suara samar-samar.

"Selamat malam, John." ujar seorang dokter jiwa pada pasien kesayangannya. Setelah berbulan-bulan berusaha, malam ini, dia akan berhasil.

Bali, 4/1/94
23:30 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!