Oleh: Wisnu Aryo.
"Kamu yakin, kamu sanggup memaafkan aku?" tanya salah satu tubuh, menggeliat.
Rasa hangat itu kembali memancar kuat ketika kata maaf terlontar dari salah satu bibir. Maaf. M-A-A-F. Sederhana, sekaligus luar biasa.
"Sejujurnya, tidak. Aku tidak akan pernah sanggup. Sayangnya, aku harus." jawab tubuh yang lain, terkulai lesu.
"Mengapa?"
"Karena aku adalah kamu."
Mereka berdua berbalik, lalu berpelukan. Rasa hangat itu makin memuncak, bersatu layaknya sebuah pusaran energi.
"Jika kamu tidak sanggup memaafkan aku, terima aku. Apa adanya." bisik salah satu tubuh.
Garis-garis pemisah yang semesta sediakan seolah makin bias, tanpa batas. Zat demi zat bersatu. Dua tubuh itu, perlahan bersatu.
"Selamat malam, John." bisik tubuh yang satu, sambil perlahan pudar.
"Selamat malam, John." balas tubuh yang lain dengan suara samar-samar.
"Selamat malam, John." ujar seorang dokter jiwa pada pasien kesayangannya. Setelah berbulan-bulan berusaha, malam ini, dia akan berhasil.
Bali, 4/1/94
23:30 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!